Sabtu
sore di bulan April 2000, aku dipanggil “Big Boss”, Pak Gun, seorang duda
berumur 55 tahun, yang sebentar lagi melangsungkan pernikahannya
Dengan penuh tanda tanya dibenakku, aku masuk ke kantornya saat semua orang sudah pulang, maklum jam sudah menunjukkan 18:30 sore.
Dengan penuh tanda tanya dibenakku, aku masuk ke kantornya saat semua orang sudah pulang, maklum jam sudah menunjukkan 18:30 sore.
“Silahkan masuk!” sapanya
ramah dari balik mejanya setelah melihat kehadiranku.
“Terima kasih Pak,” jawabku. Setelah basa basi sejenak akhirnya Pak Gun mulai menuju poin pembicaraan.
“Pak Hendra, mungkin anda masih ingat mengenai kasus di Proyek A dimana anda adalah orang yang bertanggung jawab untuk itu,” katanya dengan santainya. Serasa petir menyambar di kepalaku. Kasus itu sudah terjadi setahun yang lalu ketika aku masih di kantor cabang Surabaya dan memang kasusnya tidak pernah dinyatakan close atau masih open alias menggantung.
“Ya Pak!” jawabku lemas, karena bayangan di kepalaku hanya satu yaitu pemecatan dengan tidak hormat, meskipun semua orang tahu bahwa itu bukan kesalahanku, tetapi kesalahan orang sebelum aku yang sudah kupecat, tapi permasalahannya tetap who is responsible at this project.
“Terima kasih Pak,” jawabku. Setelah basa basi sejenak akhirnya Pak Gun mulai menuju poin pembicaraan.
Lily |
“Pak Hendra, mungkin anda masih ingat mengenai kasus di Proyek A dimana anda adalah orang yang bertanggung jawab untuk itu,” katanya dengan santainya. Serasa petir menyambar di kepalaku. Kasus itu sudah terjadi setahun yang lalu ketika aku masih di kantor cabang Surabaya dan memang kasusnya tidak pernah dinyatakan close atau masih open alias menggantung.
“Ya Pak!” jawabku lemas, karena bayangan di kepalaku hanya satu yaitu pemecatan dengan tidak hormat, meskipun semua orang tahu bahwa itu bukan kesalahanku, tetapi kesalahan orang sebelum aku yang sudah kupecat, tapi permasalahannya tetap who is responsible at this project.
“Kamu tahu kan sangsinya
sesuai aturan perusahaan!” lanjutnya.
“Iii.. ya Pak,” jawabku seakan tersekat di tenggorokan, membayangkan resiko yang akan menimpa aku dan keluargaku.
“So what’s your plan,” desaknya.
“Saya sudah clarify dengan Internal Audit mengenai hal itu, dan semua keputusan kembali ke Bapak, jadi saya menunggu guidance dari Bapak,” jawabku lirih sambil melihat ujung sepatuku.
“Apa kamu masih ingin bekerja terus disini, terutama di posisimu yang sekarang ini?” tanyanya selidik.
“Tentu Pak, saya masih ingin berkarir di perusahaan ini selama diberi kesempatan.”
“Kalau kamu aku berikan second chance, apa yang akan kamu berikan padaku?” tanyanya.
“Maksud Bapak?” tanyaku balik tidak mengerti.
“Apa imbalannya kalau kasus ini aku nyatakan close dan anda bersih.”
“Terserah Bapak, saya ikuti semua permintaan atau petunjuk dari Bapak,” kataku setengah bingung.
“Iii.. ya Pak,” jawabku seakan tersekat di tenggorokan, membayangkan resiko yang akan menimpa aku dan keluargaku.
“So what’s your plan,” desaknya.
“Saya sudah clarify dengan Internal Audit mengenai hal itu, dan semua keputusan kembali ke Bapak, jadi saya menunggu guidance dari Bapak,” jawabku lirih sambil melihat ujung sepatuku.
“Apa kamu masih ingin bekerja terus disini, terutama di posisimu yang sekarang ini?” tanyanya selidik.
“Tentu Pak, saya masih ingin berkarir di perusahaan ini selama diberi kesempatan.”
“Kalau kamu aku berikan second chance, apa yang akan kamu berikan padaku?” tanyanya.
“Maksud Bapak?” tanyaku balik tidak mengerti.
“Apa imbalannya kalau kasus ini aku nyatakan close dan anda bersih.”
“Terserah Bapak, saya ikuti semua permintaan atau petunjuk dari Bapak,” kataku setengah bingung.
“Semua?”
“Ya semua, saya akan berusaha penuhi semua permintaan bapak sejauh saya mampu.”
“Ha.. ha.. ha.. ha..” tawanya, membuat aku semakin tidak tahu arahnya.
“Oke Pak Hendra, aku pegang kata-katamu, kamu kan tahu sebentar lagi aku akan married dengan Bu Enny, dan aku minta special gift dari kamu secara pribadi the best gift you ever had,” pintanya.
“Apa itu Pak, kalau boleh saya tahu, biar tidak salah pengertian,” tanyaku masih kebingungan.”Pak Hendra, you’re a lucky guy, you have beautiful and sexy wife, dia sangat attractive lady terutama kalau pakai baju pesta, aku tahu itu saat perkawinan si Erwin (anaknya) tempo hari, it make me can not forget about her performance,” jelasnya.
“Maksud Bapak?” tanyaku makin kebingungan.
“Mungkin saya bukan a good boss, tapi sebagai seorang laki-laki yang normal, wajar dong kalau saya ber-fantasy dengan wanita cantik,” lanjutnya.
“Terus..?” tanyaku lagi.
“Oke, to the point saja, saya ingin ditemani istrimu semalam sebagai hadiah ulang tahun dan kompensasi bahwa kasus ini close,” katanya tajam sambil menatap ke arahku.
Bagai disambar geledek, aku tidak bisa bekata apa-apa, situasi serba sulit.
“Ya semua, saya akan berusaha penuhi semua permintaan bapak sejauh saya mampu.”
“Ha.. ha.. ha.. ha..” tawanya, membuat aku semakin tidak tahu arahnya.
“Oke Pak Hendra, aku pegang kata-katamu, kamu kan tahu sebentar lagi aku akan married dengan Bu Enny, dan aku minta special gift dari kamu secara pribadi the best gift you ever had,” pintanya.
“Apa itu Pak, kalau boleh saya tahu, biar tidak salah pengertian,” tanyaku masih kebingungan.”Pak Hendra, you’re a lucky guy, you have beautiful and sexy wife, dia sangat attractive lady terutama kalau pakai baju pesta, aku tahu itu saat perkawinan si Erwin (anaknya) tempo hari, it make me can not forget about her performance,” jelasnya.
“Maksud Bapak?” tanyaku makin kebingungan.
“Mungkin saya bukan a good boss, tapi sebagai seorang laki-laki yang normal, wajar dong kalau saya ber-fantasy dengan wanita cantik,” lanjutnya.
“Terus..?” tanyaku lagi.
“Oke, to the point saja, saya ingin ditemani istrimu semalam sebagai hadiah ulang tahun dan kompensasi bahwa kasus ini close,” katanya tajam sambil menatap ke arahku.
Bagai disambar geledek, aku tidak bisa bekata apa-apa, situasi serba sulit.
Kehidupan keluargaku cukup
harmonis meskipun sesekali aku atau istriku melakukan extramarital tapi itu
just for fun dan tanpa beban seperti ini. “Pak Hendra, permintaanku tidak perlu
kamu jawab sekarang, tapi bicarakan lagi dengan istrimu dan ingat janjimu tadi
serta kelangsungan karirmu di sini, aku tunggu jawabanmu sebelum pesta
perkawinan nanti,” katanya melihat kebisuanku. Aku tinggalkan kantor dengan
perasaan tidak karuan, anehnya perasaan horny merayap di benakku, secara
pribadi tidak keberatan menyerahkan my beautiful wife pada Boss tapi bagaimana
tanggapan istriku nanti.
Sesampai di rumah, sambil santai
dan deg-degan, kusampaikan masalahku dan akhirnya sampai pada permintaan Pak
Gun.
“Dasar Boss gila dan tak tahu diri,” katanya.
Setelah kami diam beberapa saat, akhirnya dia menyerahkan masalah ini padaku.
“Kalau ini baik bagi Mas dan kita berdua, aku nggak keberatan kok, lagian kita juga pernah melakukannya, meskipun dalam konteks yang berbeda.”
Plong rasanya mendengar kata-katanya.
“Tapi dengan syarat yang akan aku akan bicarakan langsung dengan Pak Gun nanti kalau waktunya tiba, jangan kuatir Mas, I still love you, this is for ours,” katanya manja.
Waktu terus berlalu sejak pembicaraan dengan Pak Gun, dan pesta perkawinan tinggal seminggu lagi, hingga akhirnya Pak Gun mengingatkanku mengenai tawaran itu.
“Saya sudah bicara dengan istriku dan dia ingin bicara langsung dengan Bapak kalau Bapak tidak keberatan,” jawabku melalui HP.
“Oh tentu tidak, bicara dengan wanita secantik dan seseksi istri anda merupakan kehormatan bagiku, I’m waiting for her call,” katanya sambil menutup pembicaraan.
Segera aku hubungi istriku untuk menelepon Pak Gun siang ini.
“Dasar Boss gila dan tak tahu diri,” katanya.
Setelah kami diam beberapa saat, akhirnya dia menyerahkan masalah ini padaku.
“Kalau ini baik bagi Mas dan kita berdua, aku nggak keberatan kok, lagian kita juga pernah melakukannya, meskipun dalam konteks yang berbeda.”
Plong rasanya mendengar kata-katanya.
“Tapi dengan syarat yang akan aku akan bicarakan langsung dengan Pak Gun nanti kalau waktunya tiba, jangan kuatir Mas, I still love you, this is for ours,” katanya manja.
Waktu terus berlalu sejak pembicaraan dengan Pak Gun, dan pesta perkawinan tinggal seminggu lagi, hingga akhirnya Pak Gun mengingatkanku mengenai tawaran itu.
“Saya sudah bicara dengan istriku dan dia ingin bicara langsung dengan Bapak kalau Bapak tidak keberatan,” jawabku melalui HP.
“Oh tentu tidak, bicara dengan wanita secantik dan seseksi istri anda merupakan kehormatan bagiku, I’m waiting for her call,” katanya sambil menutup pembicaraan.
Segera aku hubungi istriku untuk menelepon Pak Gun siang ini.
Sore hari aku diminta
menghadap ke ruangan Pak Gun.
“Pak Hendra, istri anda ternyata benar-benar seorang penggoda, makin besar keinginanku untuk terhadap dia,” katanya setelah kami berdua duduk di sofa ruangan direksi.
“Istriku sudah menghubungi Bapak?”
“Ya tadi siang, dan dia minta syarat yaitu dia mau menemani semalam tapi sebelum aku bulan madu dengan Bu Enny,” katanya sambil mengambilkan orange juice dari lemari es.
“Istrimu minta pada saat wedding party dia mau melayani disela-sela acara, di honeymoon suite dan dia minta kalau kamu berminat ikut serta di kamar itu, sebagai hukuman katanya, dan kalau kamu mau, kamu boleh join dengan aku malakukannya secara bersama sama. Karena saat itu waktunya pasti mepet, dia mau malakukan lagi besoknya at any time dengan syarat aku belum melakukan dengan Bu Enny, dan kamu boleh join terserah kamu, it’s horniest idea I ever heard,” jelasnya antusias.
“Pak Hendra, istri anda ternyata benar-benar seorang penggoda, makin besar keinginanku untuk terhadap dia,” katanya setelah kami berdua duduk di sofa ruangan direksi.
“Istriku sudah menghubungi Bapak?”
“Ya tadi siang, dan dia minta syarat yaitu dia mau menemani semalam tapi sebelum aku bulan madu dengan Bu Enny,” katanya sambil mengambilkan orange juice dari lemari es.
“Istrimu minta pada saat wedding party dia mau melayani disela-sela acara, di honeymoon suite dan dia minta kalau kamu berminat ikut serta di kamar itu, sebagai hukuman katanya, dan kalau kamu mau, kamu boleh join dengan aku malakukannya secara bersama sama. Karena saat itu waktunya pasti mepet, dia mau malakukan lagi besoknya at any time dengan syarat aku belum melakukan dengan Bu Enny, dan kamu boleh join terserah kamu, it’s horniest idea I ever heard,” jelasnya antusias.
“Terus menurut Bapak gimana?
apa aku harus join?” komentarku.
“Aku setujui permintaannya, karena acaranya standing party, I have many chance to disappear dari party just for quicky dan aku minta dia stand by di kamar at any time,” jelasnya.
“Asal kamu tahu, aku sudah reserve 2 suite at same floor, satu untuk pengantin dan satunya untuk aku dan istrimu, setelah para tamu pulang istrimu stand by di kamar, kamu bisa pakai juga untuk honeymoon lagi, tapi harus ready any time for my visit, Anytime!” tegasnya.
Aku cuma bisa mengiyakan rencana mereka berdua.
“Aku setujui permintaannya, karena acaranya standing party, I have many chance to disappear dari party just for quicky dan aku minta dia stand by di kamar at any time,” jelasnya.
“Asal kamu tahu, aku sudah reserve 2 suite at same floor, satu untuk pengantin dan satunya untuk aku dan istrimu, setelah para tamu pulang istrimu stand by di kamar, kamu bisa pakai juga untuk honeymoon lagi, tapi harus ready any time for my visit, Anytime!” tegasnya.
Aku cuma bisa mengiyakan rencana mereka berdua.
Hari perkawinan tiba, sesuai
rencana kami berangkat lebih awal, dari undangan jam 7:00 kami sudah tiba di
Hotel Shangrila jam 3 sore, dan langsung menuju ke suite yang sudah disiapkan
untuk istriku, barangkali Pak Gun mampir sebelum acara dimulai. Sementara
istriku menyiapkan diri di kamar, aku turun ke lobby, jam 6 sore para undangan
dan keluarga sudah kelihatan berdatangan. Aku naik ke atas untuk memberitahu
istriku supaya bersiap ke acara.
Kupencet bell kamar suite,
cukup lama aku menunggu sebelum pintu dibuka oleh istriku yang cuma berbalut
handuk. Diluar perkiraanku ternyata Pak Gun sudah di dalam kamar, beliau duduk
di sofa kamar tidur masih memakai baju putih lengkap dengan dasi kupu-kupunya,
sementara bawahnya cuma ditutupi handuk putih sama dengan yang dipakai istriku.
“Sorry Pak, aku nggak sabar menunggu sampai nanti malam, jadi iseng aku mampir kemari sambil menunggu Bu Ennie di-make up di kamar pengantin,” sapanya.
“Eh anu nggak apa kok, lagian kita sudah perkirakan, udah lama Pak?” tanyaku setelah bisa menguasai diri.
“Tepat setelah kamu keluar kamar ini, aku coba HP ternyata nggak kamu bawa, jadi aku mulai saja, any problem?” jawabnya santai.
“No sir, it’s okey for me, go head,” jawabku, berarti sudah lebih 30 menit dia di kamar berdua dengan istriku, entah apa yang sudah dilakukan terhadap istriku yang cantik ini.
“Sorry Pak, aku nggak sabar menunggu sampai nanti malam, jadi iseng aku mampir kemari sambil menunggu Bu Ennie di-make up di kamar pengantin,” sapanya.
“Eh anu nggak apa kok, lagian kita sudah perkirakan, udah lama Pak?” tanyaku setelah bisa menguasai diri.
“Tepat setelah kamu keluar kamar ini, aku coba HP ternyata nggak kamu bawa, jadi aku mulai saja, any problem?” jawabnya santai.
“No sir, it’s okey for me, go head,” jawabku, berarti sudah lebih 30 menit dia di kamar berdua dengan istriku, entah apa yang sudah dilakukan terhadap istriku yang cantik ini.
Istriku kemudian duduk di
sebelah Pak Gun, aku mengambil tempat di sofa satunya sambil melihat mereka
berdua. “Mari sini sayang kita lanjutkan permainan yang terputus,” kata Pak
Gun. Dengan sekali tarik, terlepaslah handuk yang membalut tubuh istriku, kini
dia dalam keadaan telanjang di hadapan Pak Gun, terlihat begitu kontras antara
mereka berdua, Lily, istriku yang cantik, 29 tahun, tinggi 167 cm dan ukuran
dada 34B sedang berpelukan dengan Pak Gun, Boss-ku yang berumur sekitar 55
tahun, dengan rambut putihnya, meskipun sudah dibilang berumur ternyata postur
tubuhnya masih atletis, maklum sebagai ex tentara dia pasti masih menjaga
kebugaran tuguhnya.
Pak Gun dengan segera
mencium buah dadanya yang kenyal kebanggaanku dari satu ke satunya, dijilatinya
dan sesekali disedot dan dipermainkan putingnya dengan lidahnya, Lily cuma bisa
menggelinjang keenakan sambil tangannya mulai meraba mencari pinggiran handuk
yang dipakai Pak Gun dan menariknya sehingga terlepas. Terlihat batang kemaluan
Pak Gun menegak ke atas, memang tidak sebesar punyaku tapi cukup hebat untuk
ukuran seusia beliau. Istriku tak mau melepaskan pegangannya di kemaluan Pak
Gun, dikocoknya dan sesekali di putar-putar seperti mainan anak kecil. “Kita lanjutkan
yang tadi ya Pak,” bisiknya manja. Tanpa menunggu jawaban dari Pak Gun, dia
berdiri di atas sofa, dikangkanginya Pak Gun, Boss-ku, dia mengarahkan
selangkangannya di muka Pak Gun sementara beliau mengadah menunggu
kedatangannya dengan mulut terbuka dan lidah menjulur keluar. Unbelievable, Pak
Gun yang selama ini dihormati dan disegani orang sekantor sekarang sedang di
antara selangkangan istriku sambil menjilati vaginanya seperti orang kehausan.
Sesaat kulihat istriku melirik ke arahku sambil tersenyum penuh arti, sementara
tanganku mulai memijit-mijit kemaluanku yang masih tertahan di dalam celana.
Tubuh istriku mulai
turun-naik di atas wajah Pak Gun seirama dengan gerakan lidah beliau, disapunya
seluruh wajah Pak Gun, sementara tangan Pak Gun meremas payudara dan pantat
istriku.”Shit, you’re damned old man, I like your lick, yess terus yaa..”
teriak istriku, cukup mengejutkan, tidak ada satu orang pun berani berkata
begitu kasar pada beliau, tapi kelihatan beliau oke-oke saja.
Aku sudah tak tahan, kukeluarkan
kemaluanku dari celana sehingga sekarang aku bebas memegangi, tapi istriku tahu
hal itu.
“Mas Hend, this is not for you, you have no turn for this time, It’s Boss only, jangan macam-macam!” ancam istriku, dan aku menurut saja sambil terdiam.
Istriku kemudian duduk di sofa, kakinya dipentangkan lebar dan lututnya ditekuk.
“Kiss my ass and lick my *****, you like it don’t you, let my husband watch his boss doing to his beutiful wife,” dia berkata ke Pak Gun.
Pak Gun segera berlutut di depannya dan mulai menjilati vagina istriku lagi.
“It smell good, yess I like your *****,” kata Pak Gun terus menjilat sambil memasukkan jari tangannya ke lubang vagina istriku, mulanya satu kemudian dua dan akhirnya tiga. Dikocoknya vagina istriku dengan jarinya sementara lidahnya menjilati daerah vagina dan sekitarnya hingga ke anus.
“Ohh yess I like it, yess terus Pak..!” desah istriku, sambil mengangkat kakinya tinggi ke atas, kemudian ditumpangkannya ke pundak dan akhirnya kaki mulus itu berpijak ke kepala dan bahu Pak Gun, Boss-ku.
“Mas Hend, this is not for you, you have no turn for this time, It’s Boss only, jangan macam-macam!” ancam istriku, dan aku menurut saja sambil terdiam.
Istriku kemudian duduk di sofa, kakinya dipentangkan lebar dan lututnya ditekuk.
“Kiss my ass and lick my *****, you like it don’t you, let my husband watch his boss doing to his beutiful wife,” dia berkata ke Pak Gun.
Pak Gun segera berlutut di depannya dan mulai menjilati vagina istriku lagi.
“It smell good, yess I like your *****,” kata Pak Gun terus menjilat sambil memasukkan jari tangannya ke lubang vagina istriku, mulanya satu kemudian dua dan akhirnya tiga. Dikocoknya vagina istriku dengan jarinya sementara lidahnya menjilati daerah vagina dan sekitarnya hingga ke anus.
“Ohh yess I like it, yess terus Pak..!” desah istriku, sambil mengangkat kakinya tinggi ke atas, kemudian ditumpangkannya ke pundak dan akhirnya kaki mulus itu berpijak ke kepala dan bahu Pak Gun, Boss-ku.
Pak Gun bangkit dan mengatur
posisi kemaluannya di depan vagina istriku, hanya berjarak satu inchi lagi dari
bibir vaginanya, tiba tiba istriku bangkit dan mendorong tubuh Pak Gun hingga
beliau terdorong ke belakang.
“I will not let you ***** me unless you promise that you will not ***** her tonight and also tomorrow, this two days you’re mine, deal? otherwise no more other session after this,” ancam istriku kepada Pak Gun, my Boss.
“I will not let you ***** me unless you promise that you will not ***** her tonight and also tomorrow, this two days you’re mine, deal? otherwise no more other session after this,” ancam istriku kepada Pak Gun, my Boss.
Ditariknya istriku ke
pelukannya tapi istriku menolak dan tetap duduk di sofa hingga Pak Gun kembali
berlutut di depannya. “I’ll do it whatever you request as long I can *****
you,” jawabnya, dan tanpa menunggu lebih lanjut segera dipeluknya istriku dan
tangannya mulai mengarahkan kemaluannya ke vagina istriku, diusapnya bibir
vaginanya dengan kepala kemaluan dan “Bless..” Tanpa kondom, dengan sekali
dorong masuklah kemaluannya ke dalam vagina istriku yang sudah mulai basah, dia
tidak pernah mengijinkan orang lain bercinta dengannya tanpa kondom, tapi ini
mungkin lain bagi dia. “Kamu akan membayangkan betapa asyiknya bercinta
denganku saat kamu berbulan madu,” bisik istriku. Setelah semua masuk ke vagina
istriku, Pak Gun perlahan mulai menggoyang tubuhnya keluar masuk dan istriku
mengimbanginya. Gerakan demi gerakan menambah erotic berdua, sementara tanganku
sudah mulai ikut mengocok kemaluanku, semakin cepat Pak Gun mengocok istriku
semakin cepat pula tanganku mengocok kemaluanku.
“Aaah aku keluar..” teriak
Pak Gun. Istriku segera mendorong tubuh Pak Gun menjauh dan memintanya berdiri,
sementara dia jongkok di depan Pak Gun, tepat semprotan Pak Gun keluar ke arah
muka dan tubuhnya, kemudian istriku menjilati kemaluan Pak Gun yang masih
belepotan sperma, dikocoknya kemaluan itu dengan mulutnya hingga bersih. “Aaahh
stop udah.. udah, cukup!” teriak Pak Gun kegelian, sambil menarik kepala
istriku menjauh. Kemudian mereka berdua duduk di sofa dengan lemasnya.
“You have incredible wife, I will not let her free tonight,” kemudian dia berdiri mengambil celananya yang tergeletak di ranjang.
“Jangan pakai celana dalam dan jangan coba-coba untuk mencucinya!” kata istriku.
“You have incredible wife, I will not let her free tonight,” kemudian dia berdiri mengambil celananya yang tergeletak di ranjang.
“Jangan pakai celana dalam dan jangan coba-coba untuk mencucinya!” kata istriku.
Aku berdiri dan keluar
melihat suasana di luar, setelah yakin aman baru mempersilakan Pak Gun keluar.
Sekali lagi french kiss sambil meremas payudara istriku yang kesekian
kalinya.”I’ll be here, please be ready on my sign,” kata beliau, kemudian
keluar menuju kamar pengantin. Mereka melakukan tak lebih dari 20 menit tetapi
rasanya seperti lebih dari satu jam, kemudian istriku masuk ke kamar mandi.
Sebenarnya aku ingin minta ke istriku sekedar quicky tapi dia menolak dan
mengunci pintu kamar mandi. Beberapa menit kemudian dia sudah keluar kamar
mandi dengan memakai
gaun malam yang berbeda dari yang dibawa tadi, berbelahan dada rendah sehingga tidak memungkinkan dia memakai bra dan punggung terbuka memperlihatkan punggungnya yang putih mulus, sementara belahan pahanya cukup tinggi mungkin legih dari sejengkal di atas lutut. Dengan pakaian ini dia terlihat sangat seksi apalagi ditunjang postur tubuhnya yang tinggi semampai.
gaun malam yang berbeda dari yang dibawa tadi, berbelahan dada rendah sehingga tidak memungkinkan dia memakai bra dan punggung terbuka memperlihatkan punggungnya yang putih mulus, sementara belahan pahanya cukup tinggi mungkin legih dari sejengkal di atas lutut. Dengan pakaian ini dia terlihat sangat seksi apalagi ditunjang postur tubuhnya yang tinggi semampai.
Tepat pukul 7:00 kami sudah
di party hall, sudah banyak pengunjung yang datang, dari kalangan bisnis dan
expatriate, sementara sang mempelai sendiri belum turun ke ruangan. Kami
kemudian berkeliling bersosialisasi dengan undangan lainnya baik dari kantor
maupun dari luar. Sekitar 7:30 sang mempelai masuk ke party hall, diiringi oleh
sanak keluarga dan anak-anaknya, Pak Gun terlihat begitu anggun dan berwibawa,
sama sekali bertolak belakang dengan penampilan dia satu jam yang lalu meskipun
dengan pakaian yang sama. Kami berdua ikut antri untuk memberi selamat
kepada mempelai, ketika tiba giliran kami untuk memberi selamat, terlihat senyum penuh arti dari Pak Gun. “Terima kasih atas kedatangannya Pak Hendra, Bu Hendra,” katanya kemudian menyorongkan kepalanya ke istriku untuk sun pipi, kulihat dia membisikkan sesuatu yang aku tidak tahu pasti. Istriku tersenyum dan istriku melakukan hal yang sama ke Bu Enny, kemudian kami kembali berbaur dengan undangan lain. “Apa katanya?” tanyakudengan tersenyum istriku menjawab, “Please be ready after this, yo’re mine tonight.” Gila kan itu orang tua.
kepada mempelai, ketika tiba giliran kami untuk memberi selamat, terlihat senyum penuh arti dari Pak Gun. “Terima kasih atas kedatangannya Pak Hendra, Bu Hendra,” katanya kemudian menyorongkan kepalanya ke istriku untuk sun pipi, kulihat dia membisikkan sesuatu yang aku tidak tahu pasti. Istriku tersenyum dan istriku melakukan hal yang sama ke Bu Enny, kemudian kami kembali berbaur dengan undangan lain. “Apa katanya?” tanyakudengan tersenyum istriku menjawab, “Please be ready after this, yo’re mine tonight.” Gila kan itu orang tua.
Setelah acara resmi, maka
beranjak ke acara santai dimana kedua mempelai sudah berbaur dengan para
undangan, terlihat Bu Ennie berdansa dengan salah satu undangan sementara Pak
Gun melakukan hal yang sama. Kami terpisah, karena istriku ngobrol dengan
ibu-ibu lainnya sementara aku dengan teman kantor maupun rekanan bisnis
lainnya. Di kesempatan lain kulihat istriku berbincang dengan Erwin beserta
istrinya, Diana yang cantik jelita, anak tertua dari Pak Gun, baru menikah 9
bulan yang lalu.
“Mas, sini sebentar!”
tiba-tiba istriku menarikku ke pojok ruangan.
“Mas, ternyata Erwin menginap di depan kamar kita, dan kayaknya dia tau apa yang dilakukan oleh papanya di kamar kita,” kata istriku cemas.
“Oke nanti aku check deh,” kataku menentramkan. Kulihat Pak Gun kelihatan ke arah kami, tapi dia tidak berhenti cuma
berkata sambil berlalu.
“Lima menit di kamar pengantin.”
“Gila berani amat ini orang,” komentar istriku sambil berjalan menuju lift meninggalkanku sendiri, aku sengaja tidak ikut karena ingin ngobrol lebih lanjut dengan Erwin, maka aku dekati dia yang sedang sendiri, si istri Diana entah kemana.
“Nice party,” sapaku membuka percakapan, meskipun sekantor aku tidak telalu akrab, mungkin ada gap karena dia anak Big Boss.
“Yah..” katanya dingin.
“Semua keluarga nginap di sini?” kataku to the poin untuk memancing pembicaraan.
“Iya dan kamu bukan keluarga juga ikut nginap,” jawabnya kecut dan angkuh.
“Kan emang ada keperluan.”
“Keperluan apa sama Papa, kok sepertinya tidak bisa dilakukan di
kantor?”
“Mas, ternyata Erwin menginap di depan kamar kita, dan kayaknya dia tau apa yang dilakukan oleh papanya di kamar kita,” kata istriku cemas.
“Oke nanti aku check deh,” kataku menentramkan. Kulihat Pak Gun kelihatan ke arah kami, tapi dia tidak berhenti cuma
berkata sambil berlalu.
“Lima menit di kamar pengantin.”
“Gila berani amat ini orang,” komentar istriku sambil berjalan menuju lift meninggalkanku sendiri, aku sengaja tidak ikut karena ingin ngobrol lebih lanjut dengan Erwin, maka aku dekati dia yang sedang sendiri, si istri Diana entah kemana.
“Nice party,” sapaku membuka percakapan, meskipun sekantor aku tidak telalu akrab, mungkin ada gap karena dia anak Big Boss.
“Yah..” katanya dingin.
“Semua keluarga nginap di sini?” kataku to the poin untuk memancing pembicaraan.
“Iya dan kamu bukan keluarga juga ikut nginap,” jawabnya kecut dan angkuh.
“Kan emang ada keperluan.”
“Keperluan apa sama Papa, kok sepertinya tidak bisa dilakukan di
kantor?”
“Enggak, cuman masalah
pribadi.”
“Pribadi? Pak Hendra jangan anggap saya bodoh, saya tahu sudah lama Papa mengagumi istri Bapak yang seksi itu, dia sering tanya ke saya waktu itu dan mungkin sekaranglah saatnya bagi Papa untuk memenuhi fantasinya. Aku nggak tahu apa yang diberikan Papa sehingga kamu bisa menyerahkan istrimu ke Papa, saya yakin bukan masalah uang.”
“Nothing, just for fun, Papamu secara gentlemen minta dan istriku mau so what’s wrong di antara dua orang dewasa,” kataku sedikit berbohong.
“Kalau aku yang minta gimana?”
“Papamu menggaransi karirku sebagai tawaran, at least selama dia masih menjabat, dan tawaranmu apa?” Dia diam sesaat.
“Usulanmu apa?” katanya menyerah.
“Karir secara teori sudah ada yang garansi, maka harus lainnya.”
“Iya apa?”
“Pribadi? Pak Hendra jangan anggap saya bodoh, saya tahu sudah lama Papa mengagumi istri Bapak yang seksi itu, dia sering tanya ke saya waktu itu dan mungkin sekaranglah saatnya bagi Papa untuk memenuhi fantasinya. Aku nggak tahu apa yang diberikan Papa sehingga kamu bisa menyerahkan istrimu ke Papa, saya yakin bukan masalah uang.”
“Nothing, just for fun, Papamu secara gentlemen minta dan istriku mau so what’s wrong di antara dua orang dewasa,” kataku sedikit berbohong.
“Kalau aku yang minta gimana?”
“Papamu menggaransi karirku sebagai tawaran, at least selama dia masih menjabat, dan tawaranmu apa?” Dia diam sesaat.
“Usulanmu apa?” katanya menyerah.
“Karir secara teori sudah ada yang garansi, maka harus lainnya.”
“Iya apa?”
Aku pura-pura berpikir
sejenak sambil membayangkan Diana yang cantik seperti Diana Pungki.
“Aku tidak butuh apa-apa dari kamu, jadi sebenarnya posisi kita sama dalam hal ini, jadi aku usul, jangan marah kalau nggak setuju bilang saja tapi tanpa marah, bagaimana kalau kita tukaran saja, kamu dengan istriku dan aku dengan Diana,” usulku dengan sedikit takut. Dia diam sejenak tanpa expresi, tapi jawabannya sungguh mengagetkan
aku.
“Oke setuju, toh ini bukan pertama kali kami melakukan swaping, tapi karena istrimu sudah pernah sama Papa maka aku minta nilai lebih atas Diana, aku minta sekali dengan istrimu tanpa swaping dengan Diana, bagaimana?” jawabnya.
“Emang Papamu dengan Diana tidak pernah..” tanyaku asal-asalan, tapi jawabannya sungguh kembali tidak terduga.
“Shit! rupanya Papa sudah cerita banyak tentang Diana, oke-lah terserah kamu-lah, tapi prinsipnya aku setuju saja.”
“Oke deal, don’t worry my friend,” jawabku sambil mengajak dia bersalaman.
“Aku tidak butuh apa-apa dari kamu, jadi sebenarnya posisi kita sama dalam hal ini, jadi aku usul, jangan marah kalau nggak setuju bilang saja tapi tanpa marah, bagaimana kalau kita tukaran saja, kamu dengan istriku dan aku dengan Diana,” usulku dengan sedikit takut. Dia diam sejenak tanpa expresi, tapi jawabannya sungguh mengagetkan
aku.
“Oke setuju, toh ini bukan pertama kali kami melakukan swaping, tapi karena istrimu sudah pernah sama Papa maka aku minta nilai lebih atas Diana, aku minta sekali dengan istrimu tanpa swaping dengan Diana, bagaimana?” jawabnya.
“Emang Papamu dengan Diana tidak pernah..” tanyaku asal-asalan, tapi jawabannya sungguh kembali tidak terduga.
Lily |
“Shit! rupanya Papa sudah cerita banyak tentang Diana, oke-lah terserah kamu-lah, tapi prinsipnya aku setuju saja.”
“Oke deal, don’t worry my friend,” jawabku sambil mengajak dia bersalaman.
“Kapan direalisasi? soal
Diana itu urusanku.”
“Sekarang Ppamu lagi sama istriku di kamar, masa mau ngganggu, dan nanti malam sepertinya nggak mungkin deh, Papamu mau istriku stand by anytime malam ini dan besok.”
“Sebenarnya sih nggak apa, aku sama Papa pernah sih main bareng beberapa kali, bahkan waktu pertama Papa dengan Diana saat kita bulan madu, kita main berempat kok, cewek satunya seorang call girl high class, sejak itu saya tahu kalau ternyata Diana itu bisex, aku sih welcome saja kalau Diana bawa teman wanitanya ke ranjang dan kita main bertiga, jadi nothing new for us.”
“Sekarang Ppamu lagi sama istriku di kamar, masa mau ngganggu, dan nanti malam sepertinya nggak mungkin deh, Papamu mau istriku stand by anytime malam ini dan besok.”
“Sebenarnya sih nggak apa, aku sama Papa pernah sih main bareng beberapa kali, bahkan waktu pertama Papa dengan Diana saat kita bulan madu, kita main berempat kok, cewek satunya seorang call girl high class, sejak itu saya tahu kalau ternyata Diana itu bisex, aku sih welcome saja kalau Diana bawa teman wanitanya ke ranjang dan kita main bertiga, jadi nothing new for us.”
Istriku berjalan ke arah
kami, diikuti agak jauh di belakang oleh Pak Gun yang terlihat tambah segar.
“Kok sebentar sayang?”
sapaku menyambutnya. Istriku tidak langsung menjawab tapi melihat ke arah Erwin
yang berada
di sampingku.
“Nggak apa sayang, Erwin sudah tahu semuanya kok, bahkan kita ada sedikit bisnis, permainan jadi berkembang.” Dia membelalakkan mata ke arahku, entah apa yang ada dalam pikirannya, Erwin hanya tersenyum dan meninggalkan kami berdua ke kelompok lainnya.
“Apaan sih?” katanya masih tidak mengerti.
“Entar aku jelasin, eh gimana barusan,” tanyaku.
“Nggak ada yang istimewa, Pak Gun masuk ke kamar sebelum aku datang dan begitu masuk langsung saja aku didekap dari belakang, kemudian diciumnya tengkuk dan leherku sementara tangannya mulai menyelip dan meremas payudaraku.”
di sampingku.
“Nggak apa sayang, Erwin sudah tahu semuanya kok, bahkan kita ada sedikit bisnis, permainan jadi berkembang.” Dia membelalakkan mata ke arahku, entah apa yang ada dalam pikirannya, Erwin hanya tersenyum dan meninggalkan kami berdua ke kelompok lainnya.
“Apaan sih?” katanya masih tidak mengerti.
“Entar aku jelasin, eh gimana barusan,” tanyaku.
“Nggak ada yang istimewa, Pak Gun masuk ke kamar sebelum aku datang dan begitu masuk langsung saja aku didekap dari belakang, kemudian diciumnya tengkuk dan leherku sementara tangannya mulai menyelip dan meremas payudaraku.”
Istriku berhenti sesaat
ketika ada orang lewat di dekat kami, kemudian dia melanjutkan. “Aku nggak mau
kalah kuremas pula kemaluannya, ternyata sudah sangat menegang, dan dia minta
blowjob. Kubuka restluiting, kukeluarkan batang yang sudah menegang itu dan
langsung saja aku kulum tapi itu nggak lama kemudian tubuhku ditarik ke atas
dan diputar
membelakanginya, Pak Gun lalu mengangkat rokku sehingga tampak celana dalam merah, tanpa membukanya segera disapukannya kepala kemaluannya ke bibir vaginaku, entah karena ludah atau karena sudah basah tanpa susah dia bisa memasukkan kemaluannya melalui celah celana dalam, terus didorongnya aku ke dinding sehingga cuman bersandar di dinding sementara dari belakang dia mengerjai aku, disodoknya semakin lama semakin cepat dan keras.”
membelakanginya, Pak Gun lalu mengangkat rokku sehingga tampak celana dalam merah, tanpa membukanya segera disapukannya kepala kemaluannya ke bibir vaginaku, entah karena ludah atau karena sudah basah tanpa susah dia bisa memasukkan kemaluannya melalui celah celana dalam, terus didorongnya aku ke dinding sehingga cuman bersandar di dinding sementara dari belakang dia mengerjai aku, disodoknya semakin lama semakin cepat dan keras.”
Untuk kesekian kalinya,
istriku harus menghentikan ceritanya karena banyaknya orang lalu lalang di
sekitar kami, semantara kemaluanku sendiri sudah mulai menegang mendengar
ceritanya. “Tau nggak Mas, meskipun udah seumur dia, ternyata dia bisa
melakukan itu 10 menit tanpa berhenti, dengan posisi seperti itu, aku sendiri
nggak nyangka lho. Kemudian dia mengeluarkan spermanya di dalam, ternyata cukup
kuat juga semprotannya terasa begitu membasahi seluruh dinding dalamku. Lalu
seperti biasa, aku kulum untuk bersihkan kemaluannya, ini yang paling dia suka,
belum
pernah dia mengalami seperti itu. Mas aku terkejut sekali ketika aku kulum terakhir dia bilang, Ly kamu lebih hebat daripada Diana, gila nggak Mas.”
pernah dia mengalami seperti itu. Mas aku terkejut sekali ketika aku kulum terakhir dia bilang, Ly kamu lebih hebat daripada Diana, gila nggak Mas.”
“Aku tahu jawabannya, itulah
yang barusan aku sebut permainan berkembang, teruskan ceritamu,” jawabku sambil
memperhatikan Diana yang berdiri tak jauh dari tempat kami.
“Iya itu, setelah selesai aku kulum habis, dia minta aku kembali ke pesta tanpa celana dalam, ya seperti sekarang ini, dan aku diminta ready setiap saat Pak Gun ada kesempatan.”
“Jadi sekarang kamu nggak pakai underwear sama sekali,” tanyaku
terkejut sambil memegang pantat dia yang ternyata memang polos.
“As you feel it.”
“Menurut kamu Erwin bagaimana orangnya?” tanyaku mulai memancing.
“Nice guy, dingin dan agak angkuh mungkin karena anak boss ya, dan senyumnya itu dingin-dingin menghanyutkan,” jawabnya sambil melihat ke arah Erwin yang berdiri di samping Diana.
“Tadi Erwin ngajak kita orgy, menurut kamu gimana?” tanyaku.
“Mas tertarik sama Diana ya, kelihatan tuh maunya, aku sih oke-oke saja, jawabnya sambil menggodaku.
“Lelaki mana sih yang nggak tertarik sama cewek kayak Diana,” jawabku membela diri.
“Pak Gun gimana?” tanya istriku.
“Iya itu, setelah selesai aku kulum habis, dia minta aku kembali ke pesta tanpa celana dalam, ya seperti sekarang ini, dan aku diminta ready setiap saat Pak Gun ada kesempatan.”
“Jadi sekarang kamu nggak pakai underwear sama sekali,” tanyaku
terkejut sambil memegang pantat dia yang ternyata memang polos.
“As you feel it.”
“Menurut kamu Erwin bagaimana orangnya?” tanyaku mulai memancing.
“Nice guy, dingin dan agak angkuh mungkin karena anak boss ya, dan senyumnya itu dingin-dingin menghanyutkan,” jawabnya sambil melihat ke arah Erwin yang berdiri di samping Diana.
“Tadi Erwin ngajak kita orgy, menurut kamu gimana?” tanyaku.
“Mas tertarik sama Diana ya, kelihatan tuh maunya, aku sih oke-oke saja, jawabnya sambil menggodaku.
“Lelaki mana sih yang nggak tertarik sama cewek kayak Diana,” jawabku membela diri.
“Pak Gun gimana?” tanya istriku.
Aku berpikir sejenak nggak
tahu mau dikemanakan beliau.
“Kita tanya saja sama mereka
nanti,” jawabku sambil menuju pasangan Erwin dan Diana. Ternyata usulan Erwin
lebih gila lagi, dia akan mengajak Papanya untuk bergabung bersama, kemudian
Erwin menghampiri ayahnya, mereka terlihat berbicara serius sambil berbisik seolah
tidak mau menarik perhatian undangan lainnya. Sesaat kemudian Erwin kembali
bergabung dengan kami,
“Beres!” katanya. “Aku bilang bahwa ini adalah hadiah ulang perkawinan yang paling hebat yang pernah ada, soal Bu Enny itu urusanku, kasih saja obat tidur pasti teler sampai pagi seperti kecapekan.”
“Beres!” katanya. “Aku bilang bahwa ini adalah hadiah ulang perkawinan yang paling hebat yang pernah ada, soal Bu Enny itu urusanku, kasih saja obat tidur pasti teler sampai pagi seperti kecapekan.”
Jam 9:30 para undangan sudah
mulai berpamitan dan setengah jam kemudian kami berempat, aku dan Lily istriku,
Erwin dan Diana istrinya naik ke kamar kami, sepertinya everything is running
well. Kami ngobrol sambil nonton TV, aku dengan Diana di satu sofa tempat Pak
Gun “mengerjai” istriku, semantara di sofa lainnya Erwin duduk berimpit dengan
Lily.
Sambil nonton TV,
tangan-tangan kami sudah mulai aktif merambah ke tubuh pasangan masing-masing,
pertama kali yang menjadi sasaranku adalah buah dada Diana yang montok,
sepertinya 36C kemudian bibirnya yang seksi, segera kukulum karena dari tadi
memang sudah menjadi perhatianku di kedua area tubuh Diana di samping lehernya
yang jenjang putih. Sedangkan Erwin sepertinya tak mau kalah, sepintas kulirik
ternyata mulutnya sudah mendarat di dada istriku, karena gaun malam Lily memang
cukup mudah untuk dibuka sehingga dalam hitungan detik gaun itu sudah merosot
setengah badan, tampaklah kulit Lily yang putih mulus itu.
Sementara aku sedikit
kesulitan membuka baju tradisional Diana yang cukup kompleks sehingga
progress-nya terhambat. Sejauh ini hanya berhasil membuka kebaya bagian atas
saja, meskipun sudah cukup menikmati bagian bukit di dada Diana
yang montok, tapi masih jauh dari memuaskan. Sementara Erwin sudah berhasil melucuti gaun malam istriku dengan suksesnya yang sudah tergeletak di kakinya sehingga Lily totally telanjang, dan Erwin sendiri sudah tidak bercelana lagi.
yang montok, tapi masih jauh dari memuaskan. Sementara Erwin sudah berhasil melucuti gaun malam istriku dengan suksesnya yang sudah tergeletak di kakinya sehingga Lily totally telanjang, dan Erwin sendiri sudah tidak bercelana lagi.
Sedangkan aku, masih
berkutat dengan kebaya si Diana, meskipun kami masih tetap berciuman tapi
tanganku harus kerja keras untuk melucutinya, sengaja aku tidak mau melepas
bra-nya supaya lebih penasaran, sedangkan Diana dengan mudahnya melepas
celanaku, seperti halnya Erwin, aku juga sudah bottomless, dan Diana tanpa
henti terus meremas dan mengocok kemaluanku yang sudah menegang. Erwin sudah
berjongkok di antara kaki istriku, dijilatinya vaginanya, kulihat istriku sudah
mulai merem-melek dan mendesah keenakan, Erwin tak lupa memasukkan tangannya ke
lubang vagina, sementara lidahnya menyapu bibir vagina dan sekitarnya.
Setelah dengan perjuangan
keras, akhirnya terlepaslah kebaya bawahnya sehingga Diana sekarang hanya
memakai bikini. Bra hitam berenda selaras dengan celana dalamnya, menambah
pesona seksi pada diri Diana, tapi aku
tidak membiarkan diriku terlalu lama terpaku menikmati keindahan tubuhnya, kupeluk tubuhnya dan kembali kami berciuman, dari bibir turun ke leher terus mampir ke belahan buah dadanya. Segera kulepas bra yang tanpa tali penyangga itu sehingga tersembullah buah dada yang putih, montok dengan puting masih kemerahan, meskipun tidak sekencang punya istriku, tapi cukup membangkitkan gairah.
tidak membiarkan diriku terlalu lama terpaku menikmati keindahan tubuhnya, kupeluk tubuhnya dan kembali kami berciuman, dari bibir turun ke leher terus mampir ke belahan buah dadanya. Segera kulepas bra yang tanpa tali penyangga itu sehingga tersembullah buah dada yang putih, montok dengan puting masih kemerahan, meskipun tidak sekencang punya istriku, tapi cukup membangkitkan gairah.
Tanpa membuang waktu lebih
lama lagi, kudaratkan mulutku untuk menjilati, mengulum dan mempermainkan puting
yang menantang itu, sementara tanganku sudah menyelip di dalam celana dalamnya,
ternyata shaved dan basah.Bajuku sudah terbang entah kemana, ciumanku terus
turun hingga ke daerah selangkangannya, kupelorotkan celana dalamnya maka
terlihatlah bukit gundul di antara kakinya, sungguh indah dan menggairahkan.
Aku berlutut di depan bukit itu dan mulai menjilati bibir vaginanya dengan
mudah karena tidak ada rambut di sekitarnya, kupakai teori ABC untuk
mempermainkan klitoris dan vaginanya, cairan dari dalam vagina terasa lain
dengan punya Lily begitu juga aromanya, dipermainkan seperti itu Diana mulai
menggelinjang, mengerang dan mendesah hingga kakinya dinaikkan ke kepalaku
untuk mempermudah jilatanku padanya.
Erwin sudah berganti posisi
dengan istriku, Lily berlutut di antara kaki Erwin sambil mengulum kemaluannya,
dijilatinya kemaluan itu dari kepala terus turun hingga ke kantong pelir begitu
berulang-ulang, Erwin mendesah-desah, tangannya meraih rambut istriku dan
memaksanya untuk mengulum kemaluannya lebih dalam, ditarik dan didorongnya
kepala istriku pada kemaluannya.
“Ding.. dong..” bel pintu
berbunyi mengganggu konsentrasi kami berempat.
“Pasti Papa,” kata Erwin dan meminta istriku untuk membuka pintu. Dengan tetap bertelanjang istriku membuka pintu kamar dan menyambut kedatangan Pak Gun.
“Aku adalah tamu kehormatannya, dan dua bidadari ini adalah my prize, kenapa kalian mulai pesta tanpa menunggu kehadiranku?” protesnya. Tanpa menunggu tanggapan dari lainnya, digandengnya istriku dan menuju Diana yang kakinya masih dikepalaku, kemudian beliau mengajak kedua bidadari telanjang ke ranjang.
“Sebagai hukuman kamu berdua hanya boleh melihat tanpa menyentuh sampai aku ijinkan,” lanjutnya sambil kedua bidadari telanjang itu melepas pakaian beliau.
“Tapi Pa..” protes Erwin.
“Tidak ada tapi, kamu sendiri yang bilang kalau Diana sebagai hadiah untukku malam ini,” potong Pak Gun sambil mulai mencium bibir istriku, sementara Diana yang kebagian melepas celananya langsung memainkan alat kejantanan mertuanya yang memang sudah telanjang.
“Pasti Papa,” kata Erwin dan meminta istriku untuk membuka pintu. Dengan tetap bertelanjang istriku membuka pintu kamar dan menyambut kedatangan Pak Gun.
“Aku adalah tamu kehormatannya, dan dua bidadari ini adalah my prize, kenapa kalian mulai pesta tanpa menunggu kehadiranku?” protesnya. Tanpa menunggu tanggapan dari lainnya, digandengnya istriku dan menuju Diana yang kakinya masih dikepalaku, kemudian beliau mengajak kedua bidadari telanjang ke ranjang.
“Sebagai hukuman kamu berdua hanya boleh melihat tanpa menyentuh sampai aku ijinkan,” lanjutnya sambil kedua bidadari telanjang itu melepas pakaian beliau.
“Tapi Pa..” protes Erwin.
“Tidak ada tapi, kamu sendiri yang bilang kalau Diana sebagai hadiah untukku malam ini,” potong Pak Gun sambil mulai mencium bibir istriku, sementara Diana yang kebagian melepas celananya langsung memainkan alat kejantanan mertuanya yang memang sudah telanjang.
Dilayani dua bidadari cantik
dan seksi seperti Diana dan istriku, gairah si tua Pak Gun kelihatan begitu
menggebu, dilumatnya bibir istriku dengan ganas sementara tangannya meremas
remas payudaranya, dan Diana, menantunya yang cantik dengan asyiknya mengulum
alat kejantanan Pak Gun, sang mertua. Hebatnya lagi disaksikan oleh suami dari
kedua bidadari itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Aku segera mengambil kursi di
samping ranjang untuk segera menikmati pertunjukan ini, tanpa sengaja tanganku
mulai meremas-remas kemaluanku sendiri yang dari tadi sudah basah, hasrat untuk
memasukkan alat kemaluanku ke mulut Diana yang seksi itu ternyata belum
kesampaian.
Sementara Erwin masih
berdiri terpaku entah karena melihat bagaimana Papanya dilayani oleh istrinya
atau karena hasrat untuk menikmati istriku tertunda dan didahului oleh
Papanya.Kedua bidadari itu berganti posisi,
istriku sudah di bawah mempermainkan kejantanan beliau, dikulumnya sampai mulut dia menyentuh pubic area, berarti semua batang kejantanan itu berada di dalam mulutnya, maklum dia biasa dengan punyaku yang jauh lebih besar dan panjang, terus dikeluarkan perlahan-lahan dan dimasukkan lagi makin lama makin cepat hingga Pak Gun yang lagi mengulum puting buah dada menantunya kelojotan, entah mungkin sedikit menggigit puting menantunya, karena Diana tampak sedikit nyengir.
istriku sudah di bawah mempermainkan kejantanan beliau, dikulumnya sampai mulut dia menyentuh pubic area, berarti semua batang kejantanan itu berada di dalam mulutnya, maklum dia biasa dengan punyaku yang jauh lebih besar dan panjang, terus dikeluarkan perlahan-lahan dan dimasukkan lagi makin lama makin cepat hingga Pak Gun yang lagi mengulum puting buah dada menantunya kelojotan, entah mungkin sedikit menggigit puting menantunya, karena Diana tampak sedikit nyengir.
Tangan Pak Gun meremas buah
dada menantunya yang montok sementara mulutnya masih di satunya, semakin cepat
gerakan istriku di alat kejantanannya dan dibantu belaian tangan Diana di
sekitar daerah kejantanan itu, maka semakin keras dia meremas dan menyedot
puting merah mudah itu.Sungguh pemandangan yang sangat erotis melihat Pak Gun
yang sudah berambut putih dikerjain oleh dua bidadari cantik dan muda dengan
full service. Melihat posisi istriku yang nungging sehingga vaginanya tepat ke
arah Erwin berdiri seolah mengundang apalagi dengan disertai goyangan erotic
menggoda, Erwin melangkah mendekat tapi aku peringatkan dengan aba-aba sehingga
dia membatalkan niatnya.
Diana merangkak ke atas, dan
membalikkan tubuhnya menghadap ke arah istriku, dikangkanginya mertuanya tepat
di atas mukanya, kemudian tubuhnya diturunkan sehingga mulut mertuanya tepat di
depan vaginanya, sang mertua mulai mempermainkan vagina menantunya sementara istriku
masih asyik mengulum dan menjilati kemaluan Pak Gun. Diana mengatur posisinya
ke “69” dengan mertuanya sehingga sekarang ada dua mulut bidadari memainkan
kejantanan Pak Gun, istriku dan Diana menantunya yang mengulum secara
bergantian. Tak tahan lebih lama lagi, Pak Gun meminta kedua bidadari bertukar
posisi, istriku duduk di mukanya semantara beliau meminta menantunya langsung
memasukkan kejantanannya ke vaginanya dengan posisi on top.
Two angel on top, one *****
by tongue another one by penis, it’s incredible. Diana sepertinya tak mau
membuang kesempatan, dia menggoyang pantatnya dengan liar dan cepat, naik turun
tanpa menghiraukan desahan kenikmatan dari mertuanya. Diremas-remasnya sendiri
buah dadanya sehingga menambah erotic pertunjukan ini. Diperlakukan sedemikian,
it’s too much bagi orang seusia Pak Gun, tak lama kemudian, “Shit I’m coming,
Diana I’m coming,” teriaknya, tapi menantunya tak menghiraukan tubuhnya tetap
bergerak erotis di atas mertuanya, hingga akhirnya wajahnya ikut
menegang, tangannya mencengkeram erat kaki mertuanya, ternyata dia juga orgasme mengikuti mertuanya. Diana turun dari mertuanya dan menjilati sisa sperma yang belepotan di alat kejantanan mertuanya, istriku mengikuti Diana ikut meremas-remas kejantanan Pak Gun hingga habis dan terkulai lemas.
menegang, tangannya mencengkeram erat kaki mertuanya, ternyata dia juga orgasme mengikuti mertuanya. Diana turun dari mertuanya dan menjilati sisa sperma yang belepotan di alat kejantanan mertuanya, istriku mengikuti Diana ikut meremas-remas kejantanan Pak Gun hingga habis dan terkulai lemas.
Para suami hanya bisa
memegang dan mengocok sendiri kemaluannya, sambil menikmati pertunjukan
bagaimana istrinya melayani mertua dan bossnya. Diana turun dari mertuanya dan
menjilati sisa sperma yang belepotan di alat kejantanan mertuanya bercampur
dangan cairannya, istriku mengikuti Diana ikut meremas remas kejantanan Pak Gun
hingga habis dan terkulai lemas.
“It’s my turn,” pikirku
bersiap menyambut Diana.
“Guys, you may have Diana for next one hour, but Lily is absolutely mine tonight, no one may do her.” Erwin kelihatan kecewa, berarti dia harus menunda lagi menikmati layanan istriku.
“Guys, you may have Diana for next one hour, but Lily is absolutely mine tonight, no one may do her.” Erwin kelihatan kecewa, berarti dia harus menunda lagi menikmati layanan istriku.
Diana turun dari ranjang
menuju ke kamar mandi, tatanan rambutnya sudah acak-acakan begitu juga dengan
make up di wajah dan baunya sudah bercampur dengan aroma sperma. Sementara di
atas ranjang, istriku tiduran dipelukan Pak Gun yang kelihatan masih kelelahan,
tangan istriku masih tetap mengelus kejantanan beliau dengan lembutnya sesekali
diciumnya wajah Pak Gun dan beliau membalas dengan mengelus rambut hitamnya.
Sepuluh menit kemudian Diana
keluar dari kamar mandi masih bertelanjang ria, aromanya sudah berbau aroma
wangi, dan tanpa make up dia kelihatan lebih cantik alami meskipun rambutnya
sedikit acak-acakan. Dia menuju kami dan duduk di tengah antara aku dan
suaminya.”Ke ruang tengah yuk, nonton TV!” ajaknya sambil meneguk orange
juice-nya.
Kami bertiga menuju ruang
tengah, kutinggalkan istriku yang sedang dalam pelukan Pak Gun, entah apa yang
akan beliau lakukan terhadapnya. Agak canggung juga aku begitu bertiga dengan
Diana dan suaminya, ada perasaan tidak enak dan segan terhadap Erwin. Untunglah
Diana segera membaca situasi ini, maka kembali dia duduk di antara aku dan
suaminya di tempat semula kami melakukan foreplay.
Beberapa saat kemudian,
memecahkan kecanggungan, Diana mulai ambil peranan. Tangannya meraba ke pahaku
sementara tangan lainnya mengelus kemaluan suaminya sambil berciuman. Aku
membalas dengan memeluk dan meremas payudaranya dari belakang ketika mereka
berciuman, sesekali tanganku dan tangan Erwin bersentuhan saat meremas daerah
yang sama. Diana mulai mengelus dan meremas kemaluanku yang mulai mengeras dan
tangan satunya melakukan hal yang sama pada suaminya, dia berjongkok di depanku
tangan kirinya masih di kemaluan suaminya, sambil mengocok punya suaminya
mulutnya mulai menjilati kepala kemaluanku, dia kelihatan kesulitan memasukkan
kepalaku ke mulutnya apalagi sampai batangnya.
Memang kelihatan sekali
kalau kemaluanku yang 17 cm dan garis tengah 4 cm, jauh lebih besar dan lebih
panjang dibanding punya Erwin yang mungkin cuma 14 cm dengan garis tengah tidak
lebih dari 2,5 cm, hampir sama dengan punya Pak Gun. Susah payah dia memasukkan
ke mulutnya, tapi cuma kepalanya saja yang bisa masuk, kupaksakan dia
memasukkan semuanya. Kepala Diana aku pegangi dan dorong supaya lebih masuk
lagi kejantananku ke mulutnya, tapi dia hanya mampu mengakomodasi setengahnya
saja, kutarik rambutnya ke atas, dan kembali kudorong ke bawah, lebih lama
lebih cepat, sama seperti yang dilakukan mertuanya ke istriku, I want ***** her
mouth, dan hingga disini hasratku terhadap dia sementara terpenuhi.
“Gila punyamu gede banget,
the biggest I’ve ever get dan bentuknya antik lagi, melengkung ke bawah, pasti
aneh deh rasanya,” katanya sambil menatap kagum ke arahku. Kemudian dia ganti
ke suaminya yang dari tadi memandangiku memaksa
istrinya mengulum dan ***** her beautiful wife’s mouth. Belum sempat Diana menjilati kemaluan suaminya, tiba-tiba Pak Gun keluar dari kamar tidur.
“I need one guy to help me, aku perlu start up,” katanya mengagetkan kami.
istrinya mengulum dan ***** her beautiful wife’s mouth. Belum sempat Diana menjilati kemaluan suaminya, tiba-tiba Pak Gun keluar dari kamar tidur.
“I need one guy to help me, aku perlu start up,” katanya mengagetkan kami.
Tanpa menghiraukan istrinya
yang ada di depannya, Erwin segera berdiri menawarkan diri.
“Aku mau asal berperan aktif
tanpa diatur lagi,” usulnya.
“Ayo cepat, bikin dia sesukamu,” jawabnya sambil menuju ke tempat tidur kembali dan diikuti Erwin yang membiarkan istrinya masih jongkok dibawah.
“Kita pindah ke kamar yuk! Lihat apa yang dilakukan suami dan mertuamu pada istriku,” ajakku meminta persetujuan Diana. Diana rupanya cukup mengerti dan mengangguk tanpa suara.
“Ayo cepat, bikin dia sesukamu,” jawabnya sambil menuju ke tempat tidur kembali dan diikuti Erwin yang membiarkan istrinya masih jongkok dibawah.
“Kita pindah ke kamar yuk! Lihat apa yang dilakukan suami dan mertuamu pada istriku,” ajakku meminta persetujuan Diana. Diana rupanya cukup mengerti dan mengangguk tanpa suara.
Di atas ranjang, Erwin sudah
berada di antara kaki istriku yang telentang, sementara Papanya berlutut di
dekat kepala istriku sambil menyodorkan kemaluannya ke mulut istriku, dia
menerima kemaluan itu dengan mulut terbuka karena sedang mendesah kenikmatan di
kerjain sama Erwin dari bawah. Tanpa menunggu lebih lanjut, Pak Gun segera
mengocok kemaluannya ke mulut istriku hingga masuk semua, itu bukanlah hal
sulit bagi Lily untuk melayani semua itu, karena merupakan kesukaannya. Aku
mengambil tempat duduk di dekat ranjang dan memangku tubuh telanjang Diana.
Sambil
melihat istriku bermain threesome di ranjang, tanganku meraba dan meremas payudara Diana, begitu juga dia membalas remasanku terhadap kemaluanku, sepertinya dia gemas banget dengan punyaku.
melihat istriku bermain threesome di ranjang, tanganku meraba dan meremas payudara Diana, begitu juga dia membalas remasanku terhadap kemaluanku, sepertinya dia gemas banget dengan punyaku.
Sesekali kukulum putingnya
dengan gigitan-gigitan ringan, sesekali kusedot dengan kerasnya sampai dia
mendesah, tergantung suasana di atas ranjang. Teriakan dan desahan istriku
ternyata berpengaruh besar terhadap suasana di kamar itu, semakin
mendesah-desah kedua bapak beranak semakin liar dan aku dengan Diana juga
semakin agresif. Di ranjang istriku dalam posisi merangkak mengulum kemaluan
Pak Gun yang sedang duduk selonjor sedangkan Erwin menjilati vagina hingga anus
istriku, sementara dua jari Erwin mengocok-ngocok lubang vaginanya. Aku
mengikuti, kumainkan klitoris Diana dengan dua jariku dan kukocok seirama
dengan kocokan suaminya pada istriku, Diana mulai ikut mendesah keenakan.
Rambutku dijambaknya, tapi
tak kupedulikan kukocok vaginanya semakin cepat. “Ssshh aahh.. ayo Mas, jangan
goda aku gini, aku ingin merasakan nikmatnya alat kejantananmu, sshh.. come
on!” desahnya ditelingaku. Erwin sudah mulai
mengusapkan kepala kemaluannya ke bibir vagina istriku, saat-saat yang sudah dari tadi dia nantikan, dan dengan sekali dorong batang kemaluan yang tidak besar itu tertanam semuanya ke dalam vagina istriku. “Aahh sshh he emm..” desah istriku sedikit kaget tanpa melepas kulumannya pada Pak Gun.
mengusapkan kepala kemaluannya ke bibir vagina istriku, saat-saat yang sudah dari tadi dia nantikan, dan dengan sekali dorong batang kemaluan yang tidak besar itu tertanam semuanya ke dalam vagina istriku. “Aahh sshh he emm..” desah istriku sedikit kaget tanpa melepas kulumannya pada Pak Gun.
Melihat demikian, tangan Pak
Gun kembali menjambak ringan rambutnya dan lagi mendorong ke atas dan ke bawah
seirama kulumannya. Erwin langsung mendorongkan maju-mundur dengan keras dan
cepat tanpa ampun seolah tiada hari esok, semakin keras Erwin mendorong semakin
dalam juga kemaluan Pak Gun masuk ke dalam mulutnya, double action effect.
“Mmm ss.. eeghh..” desahan
istriku tidak bisa lepas karena tersumbat kemaluan Pak Gun.
“Sshh ayo dong Mass, tuh suamiku udah masuk ke istrimu..” Diana merajuk memancing sambil memutar tubuhnya untuk mengisi vaginanya dengan penisku, tapi aku ingin posisi lain, kuingin melihat expresi Diana saat pertama kali penisku memasukinya dan aku ingin mempermainkannya, aku ingin menikmati desahnya, aku ingin merasakan hasratnya, aku ingin merengkuh gairahnya.
“Sshh ayo dong Mass, tuh suamiku udah masuk ke istrimu..” Diana merajuk memancing sambil memutar tubuhnya untuk mengisi vaginanya dengan penisku, tapi aku ingin posisi lain, kuingin melihat expresi Diana saat pertama kali penisku memasukinya dan aku ingin mempermainkannya, aku ingin menikmati desahnya, aku ingin merasakan hasratnya, aku ingin merengkuh gairahnya.
Kami berubah posisi, dia
duduk sementara aku jongkok di depannya, sengaja aku tidak mau menjilati
vaginanya, karena tentu masih ada sisa sperma mertuanya. Posisi kemaluanku
sejajar dengan vaginanya, aku ingin untuk mamasuki dari depan untuk pertama dia
merasakan punyaku. Kusapukan kepala penisku di bibir vaginanya, terasa sedikit
aneh karena tidak ada bulu kemaluannya, kuusapkan di sekeliling hingga dia
menggelinjang kegelian tak sabar. Perlahan lahan kumasukkan kepala penisku ke
lubang kemaluannya very slowly, tapi dia sudah mulai menegang, didorongnya tubuhku
seolah menolak kumasuki, kutarik balik dan kembali kuusapkan di luar vaginanya
yang sudah basah.
Lagi kudorongkan
pelan-pelan, sedikit demi sedikit, Diana menggigit bibir bawahnya entah menahan
sakit atau menahan nikmat, kepala penis sudah masuk kutarik sedikit dan
kumasukkan lagi lebih dalam begitu seterusnya hingga separuh batang kemaluanku
sudah berada di dalam vagina Diana. Tangannya mencengkeram tanganku dan
kepalanya menengadah menjerit. “Aaahh shit, soo.. big, aahh ss..” desahnya. Tak
kusangka vagina Diana masih terasa sempit dan mencengkeram kemaluanku dari
dalam, mungkin karena dia ikut tegang. Erwin dan Papanya sudah berganti posisi,
Pak Gun sedang menyodokkan kemaluannya ke vagina istriku dan Erwin menggantikan
posisi Papanya to ***** her mouth.
Setelah tarik-dorong
tarik-dorong beberapa lama akhirnya semua kemaluanku bisa masuk ke vagina
Diana, kudiamkan sesaat memberi kesempatan padanya untuk menikmatinya. “Gila
vaginaku terasa begitu penuh menyentuh dinding dinding yang selama ini tidak pernah
tersentuh, yess I like it, aku akan merindukan saat saat seperti ini,” katanya
lirih memandangku dengan tatapan aneh.Perlahan mulai kutarik keluar dan
perlahan lagi kudorong masuk, sampai saatnya dia siap maka aku mulai
mempercepat frekuensi tarik-dorong semakin lama semakin cepat dan tambah keras,
kuhentak
hentakkan pinggulku ke pinggulnya seolah menjebol seluruh dinding vagina dan rahimnya.
hentakkan pinggulku ke pinggulnya seolah menjebol seluruh dinding vagina dan rahimnya.
“Aaahh.. Mass.. yess..
oohh.. god yess..” desah atau teriakannya memenuhi ruangan tidur. Tubuh Diana
menggeliat dan tangannya meremas tepi kursi atau rambutku, tiba tiba kuhentikan
gerakanku, dia melotot protes tidak mau kenikmatannya terhenti.
“Kamu suka?” bisikku, sambil perlahan menggoyang-goyang pantatku.
“Yess.. lebih dari yang ka.. kamu ki.. ki.. ra..” desahnya. Kutarik pelan penisku dan kudorong cepat dan keras ke vaginanya, terus kuhentakkan lagi dengan kerasnya seiring dengan teriakan desah istriku hingga akhirnya..
“Mass Shit! Diana ke.. lu.. aahh..” Diana teriak karena orgasme, kurasakan denyutan dan remasan di vaginanya beberapa detik lalu tubuhnya melemas. Bersamaan dengan teriakan Diana, kudengar juga teriakan orgasme Pak
Gun. Aku nggak mau melepaskan penisku yang masih tegang dari vaginanya, kubiarkan dia melemaskan otot-ototnya sesaat, lalu kugoyang kembali tubuhku perlahan untuk merangsang dia supaya naik lagi.
“Kamu suka?” bisikku, sambil perlahan menggoyang-goyang pantatku.
“Yess.. lebih dari yang ka.. kamu ki.. ki.. ra..” desahnya. Kutarik pelan penisku dan kudorong cepat dan keras ke vaginanya, terus kuhentakkan lagi dengan kerasnya seiring dengan teriakan desah istriku hingga akhirnya..
Lily |
“Mass Shit! Diana ke.. lu.. aahh..” Diana teriak karena orgasme, kurasakan denyutan dan remasan di vaginanya beberapa detik lalu tubuhnya melemas. Bersamaan dengan teriakan Diana, kudengar juga teriakan orgasme Pak
Gun. Aku nggak mau melepaskan penisku yang masih tegang dari vaginanya, kubiarkan dia melemaskan otot-ototnya sesaat, lalu kugoyang kembali tubuhku perlahan untuk merangsang dia supaya naik lagi.
“Apa yang dilakukan suamimu
pada istriku?” bisikku sambil menggoyang-goyang, karena aku membelakangi
ranjang sehingga tak bisa melihat aksi mereka.
“Mas Erwin dan Papa telentang sementara istrimu di atas penis suamiku dan sambil mengulum penis Papa yang masih belepotan sperma,” katanya agak terbata-bata di antara desahnya.
“Lebih detail!” kataku sambil menyentakkan doronganku ke vaginanya.
“Aaauuwww..” dia menjerit karena tidak menduga akan aku perlakukan sekeras itu.
“Mas Erwin mengerjai istrimu dari bawah, sekarang Papa berdiri dan meremas payudara istri Mas, dan Mas Erwin mendorong lebih keras, aahh.. sshh.. terus Mas ya.. oohh God.. I love it,” desahnya terus. Kuganti posisi ke doggie, supaya aku juga bisa melihat ke istriku.
“Mas Erwin dan Papa telentang sementara istrimu di atas penis suamiku dan sambil mengulum penis Papa yang masih belepotan sperma,” katanya agak terbata-bata di antara desahnya.
“Lebih detail!” kataku sambil menyentakkan doronganku ke vaginanya.
“Aaauuwww..” dia menjerit karena tidak menduga akan aku perlakukan sekeras itu.
“Mas Erwin mengerjai istrimu dari bawah, sekarang Papa berdiri dan meremas payudara istri Mas, dan Mas Erwin mendorong lebih keras, aahh.. sshh.. terus Mas ya.. oohh God.. I love it,” desahnya terus. Kuganti posisi ke doggie, supaya aku juga bisa melihat ke istriku.
Sekarang istriku ambil
kontrol, dia menggoyang-goyangkan pantatnya dan tubuhnya turun-naik sementara
penis Pak Gun sudah mulai tegang lagi berada dalam kulumannya.
“Sepertinya bapak-anak
begitu kompak,” kometarku sambil kembali mengusapkan kepala penis ke bibir
vagina Diana.
“Mereka akan saling memberi rangsangan secara tidak langsung, hingga bisa berlanjut bergiliran, aku tahu itu karena pernah mengalaminya.. aauuwww..” katanya terputus ketika kulesakkan penisku ke dalam dengan
sekali sentakan, kemudian kudiamkan sesaat dan dia pun diam tak bergerak.
“Terus?” tanyaku.
“Ya mereka bisa orgasme bergantian dan saling mengisi, lebih sejam aku dikerjain kayak gitu sama mereka sampai minta ampun, kecapekan dan cairanku habis karena terlalu banyak keluar.. sshh..” jawabnya sambil mendesah ketika kutarik dan kusentakkan lagi hingga terasa kepala penisku menyentuh rahimnya.
Diana |
“Mereka akan saling memberi rangsangan secara tidak langsung, hingga bisa berlanjut bergiliran, aku tahu itu karena pernah mengalaminya.. aauuwww..” katanya terputus ketika kulesakkan penisku ke dalam dengan
sekali sentakan, kemudian kudiamkan sesaat dan dia pun diam tak bergerak.
“Terus?” tanyaku.
“Ya mereka bisa orgasme bergantian dan saling mengisi, lebih sejam aku dikerjain kayak gitu sama mereka sampai minta ampun, kecapekan dan cairanku habis karena terlalu banyak keluar.. sshh..” jawabnya sambil mendesah ketika kutarik dan kusentakkan lagi hingga terasa kepala penisku menyentuh rahimnya.
“Percayalah, mereka tak akan
membiarkan istrimu beristirahat, apalagi
Mas Erwin, kamu sudah
ngerjain istrinya pasti dia akan balas pada istrimu dan aauu.. ss..” lagi
pembicaraannya terpotong ketika kusentakkan bersamaan kutarik pinggulnya ke
arahku sehingga lebih masuk ke dalam, lalu secara simultan kudorong dan kutarik
dengan keras sampai kepala Diana digoyang-goyangkan, kupegang rambutnya sebagai
pegangan dan lagi kutarik-dorong dengan keras.
“Yaa aauu.. sshh.. teruss..
yess.. truss.. lebih kerass..” desahnya mulai menikmati permainanku.
Melihat istri atau
menantunya diperlakukan dengan kasar begitu ternyata Pak Gun maupun Erwin mulai
berlaku keras pada istriku and incredible thing happen, apa kata Diana benar
adanya, mereka begitu kompak. Istriku di telentangkan, kemudian mereka berdua
menjilati payudaranya masing-masing satu, kemudian Pak Gun merangkak ke selangkangan
istriku, dimasukkannya kemaluannya ke vagina istriku dengan kerasnya terus
langsung turun-naik dengan cepat, terlihat pantatnya maju-mundur dengan cepat
secara terus menerus, beberapa menit kemudian, mungkin akan keluar, dicabutnya
penisnya dari vagina istriku dan ternyata Erwin sudah siap menggantikan
posisinya, dan Pak Gun kembali mengulum payudara istriku selama Erwin mengambil
alih posisinya. Erwin melakukan hal yang sama hingga beberapa menit, lalu cepat
dicabutnya lagi dan digantikan oleh bapaknya begitu seterusnya sampai istriku
mengejang, mengerang, mendesah, menjerit, menggeliat, sambil meremas ujung
bantal, entah sudah berapa kali mereka
bertukar bergantian.
bertukar bergantian.
Kemudian mereka membalik
tubuh istriku hingga posisi doggie, kembali Erwin mengambil peran pertama
sementara Papanya di kepala istriku menyodorkan penisnya ke mulutnya, kejadian
tadi berulang lagi dan lagi, entah sudah berapa kali istriku mengalami orgasme
diperlakukan secara bergilir dan simultan seperti itu.
Melihat istriku diperlakukan
seperti itu, nafsuku makin bergairah, kutegakkan badan Diana hingga berdiri dan
tangannya bersandar pada meja kerja, kupeluk dari belakang dan kuremas
payudaranya, dengan sedikit membungkukkan Diana kumasukkan kemaluanku ke
vaginanya dari belakang, dengan masih memeluk dan meremas payudaranya, aku
mulai mengocok vaginanya dengan penisku.
“Ouugghh.. yess.. ***** me
harder!” bisiknya.
“Yang keras!” kataku.
“***** me harder.. harder.. pleaasse..” teriaknya.
“Yang keras!” kataku.
“***** me harder.. harder.. pleaasse..” teriaknya.
Tanpa menunggu lebih lanjut,
kunaikkan speed dan frekuensinya hingga dia mengerang dan kulepas pelukanku
untuk memberi kebebasan dia berekspresi. Diana menelungkup di meja dan kaki
tetap di lantai, tangannya
memegang tepian meja hingga posisi pantatnya lebih memudahkan akses masuk lebih dalam ke vaginanya, sungguh cerdik dia.
Diana |
memegang tepian meja hingga posisi pantatnya lebih memudahkan akses masuk lebih dalam ke vaginanya, sungguh cerdik dia.
“Ooohh yess, harder.. yess,
faster.. ya ehmm, ***** me as you want,”
desahnya terus, sepertinya
sudah lepas kontrol. Dengan cairannya, kumasukkan jariku ke lubang anusnya
untuk menambah
gairah, ternyata dia menyukainya.
gairah, ternyata dia menyukainya.
“Yess yaa teruss.. I like
it,” kembali dia mendesah liar.
“Now, your turn!” perintahku.
“Now, your turn!” perintahku.
Kemudian aku kembali duduk
di tempat yang tadi. Diana membelakangiku dan mengatur posisi di pangkuanku,
perlahan menurunkan badannya hingga semua alat kemaluanku bisa masuk ke
vaginanya dan langsung menggoyang
liar, terasa betul bagaimana kepala penis di dalam menggesek dinding-dinding vagina atau mungkin bahkan rahim, begitu liar as she never fu*ked before. Diana begitu histeris, entah sudah berapa kali dia orgasme, beruntung dia begitu kompak denganku sehingga mau mengatur irama permainan sehingga aku tidak sampai orgasme sebelum sesuai yang diinginkan.
liar, terasa betul bagaimana kepala penis di dalam menggesek dinding-dinding vagina atau mungkin bahkan rahim, begitu liar as she never fu*ked before. Diana begitu histeris, entah sudah berapa kali dia orgasme, beruntung dia begitu kompak denganku sehingga mau mengatur irama permainan sehingga aku tidak sampai orgasme sebelum sesuai yang diinginkan.
Dengan posisi begini, kami
berdua bisa melihat ke arah ranjang. Istriku telentang di atas tubuh Erwin yang
mengocoknya dari bawah, sementara Pak Gun berusaha menjepitkan kemaluannya ke
payudara istriku, agak susah
memang karena tidak sebesar punya Diana, tapi sudah cukup untuk membuat beliau melayang, sesekali dimasukkan kemaluannya ke mulut istriku, hingga kudengar teriakan beliau. “Shit I’m coming,” yang ternyata tetap
berada di mulut istriku atau istriku tak mau melepasnya. Kemudian istriku duduk tetap di atas tubuh Erwin dan menaik-turunkan pantatnya dengan cepat, tak lama kemudian Erwin pun kelojotan, orgasme. “Ouuhh *****!” teriaknya, tapi istriku tidak berhenti bergoyang hingga dia juga ikut menegang, matanya memejam dan kepalanya digoyang-goyangkan ke kiri-kanan atas-bawah tanda dia sedang orgasme, ternyata mereka bisa orgasme secara
bersamaan.
memang karena tidak sebesar punya Diana, tapi sudah cukup untuk membuat beliau melayang, sesekali dimasukkan kemaluannya ke mulut istriku, hingga kudengar teriakan beliau. “Shit I’m coming,” yang ternyata tetap
berada di mulut istriku atau istriku tak mau melepasnya. Kemudian istriku duduk tetap di atas tubuh Erwin dan menaik-turunkan pantatnya dengan cepat, tak lama kemudian Erwin pun kelojotan, orgasme. “Ouuhh *****!” teriaknya, tapi istriku tidak berhenti bergoyang hingga dia juga ikut menegang, matanya memejam dan kepalanya digoyang-goyangkan ke kiri-kanan atas-bawah tanda dia sedang orgasme, ternyata mereka bisa orgasme secara
bersamaan.
Diana sekarang menghadap ke
arahku karena, goyangannya makin liar hingga akhirnya aku tak tahan lagi,
kutumpahkan spermaku di dalam hingga menghantam dinding-dinding dalam
vaginanya. Bersamaan dengan denyutan keras meremas kemaluanku yang juga sedang
berdenyut, kami keluar bersamaan. Kutelentangkan dia di kursi, kumasukkan
kemaluanku yang berlumur sperma dan mulai melemas. Diana mengocok dan mengulum
kemaluanku hingga totally lemas, sehingga bisa masuk semua ke mulutnya.
Akhirnya kami semua terkulai
lemas, entah sudah berapa lama berlangsung. Kuajak Diana ke ruang tamu untuk
bersantai, kutinggalkan istriku yang terkulai di antara Erwin dan Papanya di
atas ranjang. Entah mereka masih bisa lanjut lagi apa tidak aku juga tidak
tahu. “Mas Erwin dan Papa kalau berdua gitu begitu kompak dan sama gilanya,
beberapa kali aku mengalami sampai minta ampun, apalagi waktu itu masih bulan
madu, meskipun aku nggak virgin tapi dikeroyok kayak gitu baru pertama kalinya,
ya kewalahan kan,” katanya ketika kami sudah relaks di sofa kamar tamu.
Sekitar jam 4:00 pagi, Pak
Gun meninggalkan kami berempat dan sempat pesan, “Tomorrow your wife still
mine,” dia sempat tidur sesaat, kuajak Diana ke tempat tidur, ternyata istriku
sudah tertidur dipelukan Erwin masih dalam keadaan telanjang. Perlahan kami
gabung dengan mereka tidur di ranjang, bersebelahan, kudekap istri Erwin
dipelukanku dan kami pun tertidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar