TAK ada yang pernah tahu apa isi
hati kita. Mereka pikir aku sempurna, mereka pikir aku bahagia.
Padahal, hampa yang kurasa tak pernah berhenti menghantui lubuk hati
ini.
Banyak orang pikir, anak bungsu selalu manja dan beruntung. Tapi
tidak untukku. Ketika aku tahu bahwa jalan hidup yang aku jalani tak
pernah kurasakan sepenuh hati.
Aku tak pernah menyesal terlahir dari keluarga dengan tingkat
ekonomi rendah, susah sekolah, dan tak punya apapun. Yang aku inginkan
adalah hidup seperti yang aku mau. Tidak berpindah-pindah, punya banyak
teman, ada orang yang menyayangi dan mendapatkan pengakuan dari keluarga
bahwa aku anak yang mampu dan tak pernah kecewakan mereka.
Sejak kecil aku harus ikut orang tua berpindah-pindah tempat
tinggal. Rasanya begitu berat meninggalkan teman kecil dan terasing di
sekolah baru. Dan kini semua temanku seolah enggan mengenalku lagi. Tak
ada lagi sahabat dalam hidupku.
Kini, aku berhasil lepas dari "keributan" di rumah (di mana aku
selalu menjadi orang yang salah), jauh dari hal-hal yang membuatku muak.
Dan kupikir aku bahagia.
Tapi, yang kurasa masih sama. HAMPA. Entah apa yang bisa membuatku merasakan kepuasan hati.
Satu-satunya hal yang membuatku bertahan hanyalah pikiran bahwa aku
memang terlahir dengan sempurna dan bahagia. Dan aku yakin, esok akan
kutemukan bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar