Senin, 07 Oktober 2013

Tubuhku... Milikmu... (Part 1)







Eksibisionisme atau eksibisionis (sebutan bagi pelakunya) itu adalah perilaku kelainan seksual dimana seseorang doyan/hobi/gemar/demen/suka untuk memamerkan organ pribadi kepada lawan jenis dengan tujuan mendapatkan kepuasaan pribadi.

Apa sih organ pribadi yang biasa dipamerkan? Biasanya, jika eksibisionis tersebut seorang pria, dia akan memamerkan penisnya, walau tak munutup kemungkinan jika ia juga bakal memamerkan organ tubuh lainnya. Dan jika eksibisionis nya seorang wanita, dia akan memamerkan payudara, pantat, kaki, celana dalam dan vaginanya.

Okelah, siapa pun mungkin memiliki sifat suka pamer seperti ini. Tapi bagaimana jadinya jika sifat suka memamerkan ini sedikit lebih parah? Seperti suka memamerkan pasangannya kepada orang lain?  Atau ingin melihat orang lain manatap pasangannya ketika pasangannya sedang bertelanjang badan?

Mungkin ini hanyalah sekedar pertanyaan yang sangat simple. Namun bukan berarti, dari pertanyaan simple, jawabannya juga bakal sesimple itu.

“Makasih ya Mi... kamu udah bisa ngabulin semua permintaan anehku ini…” ujar Rudi, mantan pacarku dulu.

Dengan peluh yang masih bercucuran, Rudi kemudian mencabut batang penisnya keluar dari lubang pantatku.

“PLOP”. 



Suara cabutan batang penisnya dari lubang anusku yang kemudian disertai dengan gumpalan lendir panas berwarna putih keruh, langsung turut keluar dan mengalir ke arah paha dalamku.

YUP. Lubang pantatku.

Sebenarnya, sebelum acara persetubuhan anal pagi ini, Rudi sudah berulang kali meminta padaku untuk dapat melakukan seks anal. Namun, walau aku sudah sering melakukan seks anal, aku tak langsung mengabulkan permintaan anehnya itu.

Aku hanya ingin tahu, sejauh mana pengorbanan yang bakal ia lakukan demi mendapatkan persetujuanku supaya bisa bermain anal.  Dan, ternyata ia benar-benar mampu berkorban lebih. Terbukti dari adanya kalung yang melingkar manis dengan inisial “MIA” di leherku.

Limbung, lemas, tak bertenaga. Rudi yang walau memiliki badan ekstra besar, tak mampu juga mempertahankan posisi doggynya. Dia jatuh terlentang tak berdaya di samping tubuhku yang masih dalam posisi nungging. Dengan mata sayu, dan senyum mengembang di wajah, ia hanya bisa terdiam sambil terus membayangkan kenikmatan yang baru saja ia rasakan dariku.

Seperti orang yang baru terkena tenung, sihir, hipnortis, atau entah apapun itu namanya. Ia hanya menatap diam kelangit-langit kamar hotel ini.

Aku beranjak dari posisi nunggingku, berjalan kearah meja kecil di samping tempat tidurku dan mengambil beberapa lembar tissue. Kubersihkan vagina dan lubang anusku dari sperma hangatnya yang masih saja mengalir keluar.

“Maenmu kali ini gak seperti biasanya say… seperti kesetanan…” kataku sambil melempar gumpalan-gumpalan tissue bekas yang basah oleh sperma itu kearahnya.
“ENAAAAAK…” jawab Rudi singkat sambil masih menatap langit-langit kamar hotel.
“Makasieee…”

Setelah vagina dan anusku terbebas dari segala macam lendir, kulangkahkan kaki jenjangku ke arah dapur. Dan dengan masih dalam keadaan telanjang bulat, aku berjalan kearah kulkas lalu mengambil sekotak susu kegemaranku.

Tak lama, kubuka korden dan pintu balkon, lalu kulangkahkan kakiku berjalan keteras kembali ke arah balkon. Hembusan angin sejuk langsung menerpa wajah dan tubuh telanjangku, seolah membebaskan penat di dada.

Kutarik kursi balkon mendekat kearah pagar, dan langsung kuhempaskan tubuhku diatasnya. Kulihat jam yang masih melingkar di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 09.30 pagi.

“Yah… terpaksa membolos sekolah lagi nih ceritanya… dan sepertinya, ini bakal jadi hari yang melelahkan…” ucapku dalam hati sambil menyeruput cairan manis berwarna coklat dari kemasan kotak yang aku tadi.

***

“Sayang… aku pengen deh ngelihat kamu dipake orang laen…” ujarny santai.

DEG…

Mendengar kalimat mantan pacarku itu, jantungku serasa berhenti.
“Maksud kamu…..?” tanyaku heran.
“Iya… aku pengen ngeliat kamu dientotin ama cowok laen…”
“Apaan sih…? Kok kamu mintanya aneh-aneh gitu…?”
“Nggak tahu Mia… darimana datangnya ide aneh seperti itu…. Yang jelas, setiap kali ada cowok yang melirik kearahmu dengan pandangan nafsu, kontolku mendadak mengeras Mia…”
“Lalu…?”
“Ya gitu Mia… aku jadi penasaran, gimana sensasinya ketika melihat kamu sedang dientot ama cowok laen…”
“Gila kamu say… Kamu bener-bener gila…”

***

Hari demi hari telah berlalu. Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan.

“Janji ya…? Kalo Mia turutin semua permintaan anehmu, Mia dapet semua yang Mia mau…?” tanyaku sambil menggelayut manja di dekapan Rudi.
 “Suer Mia… kamu bisa percaya ama aku…”

Sebenarnya, aku sama sekali tak pernah memimpikan hal seperti ini, namun karena rasa penasaran yang setiap kali Rudi mengajukan ide melihatku disetubuhi orang lain, entah kenapa ada perasaan aneh yang juga sangat menggebu, hingga  pada akhirnya aku berpikir “Apa salahnya sih buat mencoba hal baru… selama tak ada yang saling dirugikan…”

Terlebih lagi setelah aku pikir-pikir, kapan lagi aku bisa bersetubuh dengan orang asing di depan pasanganku.

Dan singkat cerita, kami berdua setuju untuk mencoba petualangan aneh ini .

***
Di suatu weekend yang cukup cerah, Rudi mengajakku menginap di sebuah hotel di luar kota. Kami berdua sengaja memilih cottage, karena disana memiliki privasi yang cukup tinggi dan jauh dari orang yang kami kenal. Selain itu, alasan kenapa kami lebih memilih hotel, adalah supaya Rudi dapat mengeksplor keinginan anehnya itu padaku lebih jauh lagi.

Setelah beberapa kali mensurvey lokasi, kami berdua memilih sebuah hotel yang memiliki parkir mobil di dalam area hotel. Lebih tepatnya, di halaman kamar, tempat kami tidur.

Kami memilih kamar hotel yang memiliki jendela super besar yang menghadap tepat ke arah parkiran kendaraan. Tujuan kami memilih kamar dengan jendela lebar, adalah supaya kami bisa dengan bebas melihat siapa saja orang yang ada halaman parkir ataupun orang yang ada di kamar seberang.

Setelah kami selesai melakukan checkin, kami segera saja melakukan rencana yang telah Rudi persiapkan semenjak beberapa waktu lalu.

Begitu kami selesai meletakkan barang bawaan di dalam lemari, Rudi buru-buru menarik tirai hingga terbuka lebar, dan sambil menyeringai dia membuka tas bawaannya dan mengeluarkan sebuah lingerie transparan lalu memberikannya padaku
“Sayang… aku punya sebuah hadiah yang bisa membuatmu tampak lebih sexy…. Coba pakai donk …”
"Hahaha… Astaga…." Aku tertawa, "Baju tidur ini sepertinya tak akan mampu menutup seluruh aurat tubuhku… Transparan banget sayang....”
“Khan memang itu tujuannya Mia... memamerkan tubuhmu kepada orang lain...” senyum Rudi sambil sesekali menaik-naikkan alis tebalnya
“Sumpah... hal ini kok sepertinya makin ga bener ini…hahaha "
"Dan yang pasti... akan menjadi kejadian yang amat sangat seksi," tawa Rudi sambil sesekali melongok kearah luar jendela untuk melihat apakah ada orang sekitar kamar kami.

Memang sih, baju tidur pilihan Rudi membuat tubuhku terlihat sangat seksi, dan meskipun aku berkata jika apa yang kami akan lakukan saat itu adalah hal yang kurang benar, aku sama sekali tidak memiliki keraguan sama sekali. Bahkan sekilas, ada niatan dalam hati untuk semakin melangkah dalam kegilaan bersama Rudi lebih jauh lagi.

“Ayo buruan dipake kadoku donk sayang….” Pinta Rudi ga sabaran.
“Tunggu bentar ya…” jawabku sambil membawa baju tidur transparan itu ke kamar mandi.
“Hei… kamu mau kemana Mia…?”
“Lah.. tadi kamu minta mia pake baju ini…”
“Buat apa ke kamar mandi…? Lebih seru kalo kamu ganti disini aja…” tambah Rudi sambil kembali membuka tirai penutup jendela kamar kami lebar-lebar.
“Haaaa….. ganti baju disini… dengan korden terbuka gitu….?”

Memang sih, Rudi sudah sering melihatku telanjang di depan matanya, tapi khan saat ini, aku berdiri tepat di samping jendela besar yang juga menghadap ke parkiran. Area umum yang jika aku ganti baju disini, orang dari luar kamar bisa melihat tubuhku dengan jelas.

“Yup… khan memang itu tujuan kita kesini…? Aku pengen  memamerkan kemolekan tubuhmu… hehehe” tawa Rudi licik.
“Hhhhhhh….. tapi inget loh janjinya….” Jawabku mengiyakan permintaan aneh mantan pacarku itu.

Takut, khawatir sekaligus penasaran. Tanganku mendadak gemetar ketika mulai melepaskan pakaian yang melekat ditubuhku.

Merinding, itu kesan pertama ketika aku membuka blouse yang kukenakan saat itu. Aku tak mengira, dinginnya hembusan AC ditambah sensasi striptease di dekat jendela kamar membuat bulu kudukku mendadak berdiri. Jantungku pun merasakan was-was, karena setiap kali ada suara yang terdengar, denyutnya semakin cepat, mengantar setiap getaran aneh yang ada di setiap mili darahku ke sekujur tubuh.

“KREK...” tiba-tiba terdengar suara dari arah luar kamar. Dengan buru-buru aku menengok lalu  mencari darimana arah suara itu berasal.

“Ga ada orang kok sayang...” suara Rudi menenangkanku.
“Hal ini bisa membuatku gila... jantungku benar-benar berdebar kencang...” kataku ke Rudi.
“Tapi kamu seneng khan kalo ada orang yang bisa lihat ketelanjanganmu... Hayo jujur....”

Aku sama sekali tak menjawab pertanyaan mantan pacarku itu, yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum malu sambil beberapa kali menganggukkan kepalaku.

Selanjutnya kuturunkan ritsleting rokku dan membiarkannya jatuh ke lantai. Kali ini, apa yang aku kenakan saat itu hanyalah tingga bra dan celana dalam.

Aku menatap jendela yang terbuka lebar dan melihat keluar di seluruh area parkir di luar. "Oh Sayang," desahku sensual ke Rudi, "aku pikir… aku bakal mati karena malu kali tiba-tiba ada seseorang yang lewat depan jendela ini…”
"Hehehe… kenapa harus malu…? Toh kamu punya badan yang bagus khan…?” rayunya. “Ayo… sekarang buruan lepas bra dan celana dalam kamu…”

Untuk kesekian kalinya, aku kembali menatap kearah jendela kamar kami. Walau aku berharap tak ada seorangpun yang mendekat, tapi entah kenapa aku menginginkan ada mata yang melotot menatap ketelanjanganku.

Kulepas kait bra yang ada di belakang punggungku dan kembali aku biarkan mangkok bra yang menampung gumpalan daging didepan dadaku jatuh kebawah. Dan seiring dengan lepasnya bra dari tubuhku, payudaraku seolah langsung ikut loncat, terjun bebas menggelantung dan memamerkan putting coklat mudaku dengan riangnya. Lagi-lagi, merinding itu aku rasakan. Namun bedanya, kali ini yang berdiri tak hanya bulu kudukku, melainkan putting payudaraku yang sudah mengeras dan menjulang tinggi.

“Sayang… tahu nggak? Apa yang membuatku selalu tergila-gila denganmu?”
“Apa…?”
“Tetek besarmu itu loh…. Tetek itu yang selalu membuatku bangga bisa memiliki dirimu seutuhnya… dan karena tetek itu pula, aku pengen membuat banyak lelaki iri padaku….”

Walau kalimat yang baru saja Rudi ucapkan sudah terlalu sering aku dengar, tapi entah kenapa, aku selalu melayang dibuatnya.

“Sekarang… ayo tinggal satu pakaian lagi… lepas celana dalammu…” Seru Rudi.

“Saatnya pertunjukkan utama…” batinku sambil kembali melihat kea rah jendela, khawatir jika saat itu benar-benar ada orang yang melihat kea rah kamar kami.

Kupilin tepi celana dalamku dan segera kuturunkan lepas. Lagi-lagi, udara dingin AC langsung menyerbu bongkahan pantat bulatku dan langsung membuatku merinding.

"Bagus sekali tubuhmu sayang…" desah Rudi sambil memeluk tubuhku dari belakang.
“Sekarang kamu pakai ya baju tidur ini….”

Satu hal yang aku suka dari mantanku ini adalah, ia selalu memakaikan segala macam pakaianku seperti seorang ayah memakaikan baju kepada anak perempuan kecilnya. Pertama ia menyerahkan lubang lengan dress sebelah kanan ke tangan kananku, dan begitu tangan kananku sudah masuk, ia membantuku memasukkan lubang lengan dress sebelah kiri ke tangan kiriku.

Begitupun dengan ketika memasangkan celana dalamku. Ia berjongkok di depan lututku supaya aku bisa berpegangan pada bahunya. Kemudian, Rudi memintaku mengangkat kaki kanan dan kiriku secara bergantian supaya ia dapat memakaikan celana dalamku di selangkangan.

Benar-benar seperti seorang ayah.

Namun ketika Rudi sedang keasyikan memakaikan celana transparan itu pada pada tubuhku, Ia mendadak heran akan sesuatu yang terjadi pada vaginaku.

“Mia… kok memek kamu udah basah…?”

Aku kaget dan buru-buru aku meraba bibir vaginaku.

“Kamu pasti sange ya…. Hayooo… ngaku….” Goda Rudi sambil mengusap-usap celah kemaluanku dengan jari tengahnya.
“Ahhh… enggak kok…. “bohongku.

Entah apa yang terjadi pada diriku saat itu. Sensasi telanjang dan berganti baju di pinggir jendela, membuatku terangsang. Sangat terangsang. Walau hanya membayangkan adanya seseorang yang tak kukenal melihat ke arah tubuh telanjangku sudah dapat membuat lendir vaginaku membanjir keluar.

“Seeeeppp... … baju tidur seksinya sudah dipakaikan, sekarang saatnya pameran ya sayang… hehehe” ucap Rudi dengan nada seperti anak kecil yang sedang bermain dengan mainan kesayangannya. “Kamu terlihat seperti bidadari yang mau tidur…” tambahnya.

Sejenak, aku beranjak ke kamar mandi dan kutatap tubuh semampai yang ada di depan cermin. Sejenak pula aku bersyukur atas karunia Yang Maha Kuasa, yang telah memberiku tubuh indah penakluk hati lelaki ini. :D

Baju tidur yang kukenakan saat ini terlihat begitu pendek, bahkan terlalu pendek. Karena dari sekilas penilaianku, bawahan baju tidur ini hanya menggantung beberapa cm dibawah pangkal kakiku. Berwarna hitam transparan dengan motif renda-renda yang hanya menutup area payudara dan vagina.

Tapi, biar bagaimana pun, dengan baju tidur ini memang membuat tubuhku terlihat begitu sexy.

Tak henti-hentinya, Rudi mengintip keluar jendela, "Aku harap, ada orang yang lewat kamar ini dan melihat kearahmu… aku benar-benar pengen melihat reaksi mereka ketika melihat tubuh semi telanjangmu… hehehe… "

“Aku pengen semua orang tahu, jika saat ini aku memiliki seorang bidadari sebagai wanita pendampingku…” bisiknya lirih sambil mengusap rambut belakangku dan beberapa kali melumat bibir tipisku.

“Kita bakal bersenang-senang kali ini sayang…” ucapnya girang.

Penasaran, khawatir dan takut, semua membaur menjadi satu. Aku tidak tahu harus berkata apa, meskipun rencana ini sudah kami pikirkan dengan matang, ada saja perasaan aneh yang timbul dalam hatiku.

Yup. Mungkin sama seperti pemikiran gadis lain jika mengalami situasi seperti ini, aku tidak ingin terlihat seperti pelacur.

“Ajrit… hal ini akan jadi kejadian yang sangat seru... Sangat seru...!" Rudi berseru beberapa kali.

Saat hari mulai gelap, Rudi dengan sengaja menyalakan lampu tidur yang ada di meja samping tempat tidur. Dengan adanya cahaya dari lampu tidur, kamar tidur kami dapat terlihat lebih mencolok daripada cuaca luar yang lebih gelap.

Dan seiring dengan mulai tenggelamnya matahari, hotel tempat kami menginap pun mulai ramai. Beberapa mobil datang selama setengah jam berikutnya, tapi kami langsung kecewa ketika menyadari tak ada satupun orang melihat kea rah jendela kamar kami dan melihat tubuh semi telanjangku yang terbaring di atas tempat tidur.

Sekilas, Rudi merasa cukup frustrasi karena kesempatan untuk diriku terlihat semakin tipis dengan berlalunya hari. Terlebih ketika ada seorang lelaki yang melewati kamar kami namun tak sedikitpun menengok kedalam kamar.

"Sialan!" Umpat Rudi sambil melongok keluar jendela dan mengintip orang tersebut hingga menghilang di sudut jalan.
"Dia pasti lewat sini lagi beberapa menit kemudian…” ucapnya optimis.

Sejenak, ia berpikir keras sambil melihat kearah tempat tidur.
“Sepertinya tempat tidur ini kurang dekat dengan jendela…”  seru Rudi lagi . Dan dengan semangat, ia mendorong tempat tidur kearah kanan, hingga mendekat ke jendela

“Sayang… aku capek…” keluhku.
Sudah hampir satu jam aku memposisikan tubuhku berbaring seperti ini.
“Bentar lagi ya cantik… aku janji deh, kepengenanmu bakal aku kabulin…” rayu Rudi padaku sambil mengecup keningku.

Coba kamu tiduran miring, dengan muka menghadap kearah jendela sambil pura-pura membaca majalah ini…” pinta Rudi lagi. “Hanya orang buta yang nggak melihat bidadari cantik di dalam kamar ini"
“Oiya… satu lagi….coba kendurin deh, tali dada yang ada di depan baju tidurmu sayang… tunjukin sedikit tetek besarmu…hehehe…”

Dengan perasaan bosan dan sedikit ogah-ogahan, aku segera mengendorkan tali baju tidurku dan membuat sebagian daging payudaraku menyembul keluar.  Kuposisikan tubuhku sevulgar mungkin.
Tangan kananku menyangga kepala, dan tangan kiriku yang bebas berulangkali membalik halaman majalah.
“Pamerin juga sedikit CELANA DALAMmu Mia… naekin bawahan baju tidurmu sedikit, sekalian paha mulusmu bisa terlihat dengan jelas… …” tambah Rudi lagi.

Dan setelah aku berada dalam posisi yang ia inginkan, Rudi segera melongok keluar jendela dan mengintip situasi diluar kamar.

"Dia datang," teriak Rudi penuh semangat,

Dengan gerakan secepat kilat, Rudi segera bersembunyi ke sudut kamar dan mengawasi diriku yang sedang berpura-pura membaca majalah dengan setengah payudara menyembul keluar

Mengetahui jika tubuh seksiku bakal dilihat oleh orang yang tidak aku kenal, mendadak membuat detak jantungku berdetak lebih cepat. Dan mendengar suara langkah kakinya yang perlahan semakin dekat, membuat tubuhku bergetar karena sensasi.

Saat itu, mukaku pasti semerah kepiting rebus saking malunya.

Dan benar, walau aku tak dapat melihat kearah jendela secara langsung , dari sudut mataku, aku dapat melihat jika orang yang mendekat itu sejenak memperlambat langkahnya ketika melewati jendela kamarku yang terang. Bahkan, untuk beberapa saat, orang itu berhenti didepan jendela kamarku.

Namun karena aku yang merasa sedikit risih akan ketelanjangan payudaraku, akupun merasa sedikit malu, dan akhirnya membenarkan posisi baju tidurku sehingga payudaraku kembali tertutup. Dan begitu baju tidurku menyembunyikan payudaraku, orang itu buru-buru melangkah pergi dan menjauh dari jendela. Mungkin dia khawatir akan tertangkap basah olehku karena mengintip.

“Hebat sayang…. Hebat banget…."  Girang Rudi sambil menghambur kearahku. Berulang kali ia mengecup wajahku, menandakan jika saat itu dia begitu senang.
"Dia pasti terkesima melihat keseksian tetek besarmu…” ujar Rudi lagi.

Buru-buru, ia melongok kearah jendela dan mencari tahu lagi situasi diluar kamar.
“Sayang…. Pemuda itu berhenti dan kembali lagi… aku yakin kali ini dia bakal melihat dirimu lebih lama lagi… Kali ini, sembulkan lagi dong satu putting tetekmu… aku pengen lihat reaksinya seperti apa…”

Dan benar, tak beberapa lama kemudian, 
cowok yang baru saja menatap payudaraku dari luar jendela itu kembali berjalan kedepan kamarku. Berdiri tepat di depan jendela besar yang menampilkan setengah ketelanjanganku dari dalam kamar.

Ingin sekali aku melihat ke depan  untuk dapat melihat raut wajah 
cowok yang sedang mupeng di hadapanku itu, meskipun aku tahu bahwa jika aku lakukan, rasa malu akan langsung memenuhi dadaku.

Sekitar satu atau dua menit, 
cowok itu berdiri dan melihat setengah ketelanjanganku lebih dekat. Aku yang merasa sangat kikuk, hanya bisa menghela nafas panjang dan pura-pura  membaca halaman demi halaman majalah yang ada di hadapanku. Namun ditengah rasa kikuk yang menyelimuti dadaku, perlahan, muncul rasa iseng dari dalam diriku.
“Aku ingin melihat reaksi cowok asing ini jika aku perlihatkan ketelanjanganku lagi…” batinku.

Segera saja, dengan tangan kiriku yang masih bebas, aku pura-pura menggaruk pantatku dengan tujuan menaikkan bawahan baju tidurku.  Sehingga 
cowok asing ini dapat melihat lebih jelas lagi CELANA DALAM dan kaki jenjangku.

Namun, di tengah aksi liarku ini, mendadak ada sinar terang yang menerangi tempat cowok asing itu berdiri, lalu tak lama ada suara mobil yang mendekat kearah parkiran yang ada di dekat kamarku. Sekejap, 
cowok asing itu sudah menghilang dari hadapanku, dan sekarang aku hanya menatap jendela kosong dengan latar belakang halaman parker yang mulai gelap.

Rudi meledak kegirangan dari tempat persembunyiannya. Nampaknya ia benar-benar senang dengan apa yang telah terjadi barusan.

"Sialan gara-gara ada orang datang, cowok itu jadi kabur…. “
“Tapi semua itu sungguh mendebarkan…. Kamu benar-benar artis alami Mia…”
“ Dia akan kembali untuk bisa melihatmu lebih lagi Mia… aku tahu itu…." Ucap Rudi sambil beberapa kali ia mengintip ke luar jendela.

"Sayang, aku yakin dia akan kembali lagi dan melihat segala sesuatu yang ada ditubuhmu… perlihatkan keseksianmu lebih banyak lagi…” Ucap Rudi sambil kembali melonggarkan semua tali yang ada di baju tidurku. Ia melayout penampilanku demi mendapat sensasi kenikmatan yang ia inginkan. “Harus lebih terlihat telanjang alami… Hehehe…”

"Aku yakin cowok itu bakal kembali lagi, dan ketika ia kembali, perlihatkan semua keseksianmu Mia…" kata Rudi sambil melangkah kea rah pintu "Aku akan pura-pura keluar dan bersembunyi di balik mobil… Aku pengen tahu apa yang akan terjadi…" tambahnya lagi.

Rudi pun keluar dan menutup pintu di belakangnya.

Seketika, jantungku terasa begitu berdebar-debar dan aku merasa sangat seksi serta menginginkan pameran ini lebih jauh lagi. Aku ingin 
cowok itu melihat tubuhku dalam keadaan telanjang total.

Ditengah pemikiran anehku, tiba-tiba handphone yang sedari tadi aku letakkan di meja samping tempat tidurku berdering. Itu Rudi

“Haloo…?” kataku membuka percakapan.
“Mia aku udah di belakang mobil…. kita ngobrol disini aja ya… buruan kamu pake earphone biar actingmu lebih alami…. "

Segera saja kupasang kedua earphone putihku di telinga kanan dan kiriku, lalu aku kembali merebahkan badan, seperti semula.

“Udah…” jawabku singkat.
“Mia…. dia datang lagi…. Dan tahu nggak?”
“Kenapa?”
“Sekarang dia hanya mengenakan celana pendek ….”
“Emangnya kenapa…?”
“Nggak tahu juga sih maksud dia apaan… hahaha…” Jelas Rudi sambil tertawa terbahak-bahak.

"Dia mendekat kea rah jendela kamar kita Mia…" Ucap Rudi lagi, “Dan Mia… dia udah berada di depan jendela kamar….”

Rupanya, ini tujuan Rudi menelponku. Suapaya aku juga bisa mengetahui apa yang sedang terjadi diluar kamarku. Kami terus melakukan percakapan di telepon, saling bisik dan menceritakan apa yang terjadi.

Jika dipikir-pikir, apa yang kami lakukan saat itu memang seperti orang gila. Rudi, yang memiliki sebuah hasrat aneh untuk memamerkan ketelanjangan tubuh wanita yang ia sayangi kepada orang lain. Dan anehnya, aku,  yang saat itu adalah kekasih Rudi, mau saja membantu Rudi melampiaskan hasrat anehnya itu.

"Cowok itu ngapain sayang…?” Bisikku lirih.
”Dia masih berada di depan kamar Mia… Eh Mia… coba melebarkan pahamu buat dia Sayang," saran Rudi.

Segera saja kulakukan apa yang Rudi inginkan sambil terus mendeskripsi dari setiap gerakan yang 
cowok asing itu lakukan diluar kamarku.

Sebenarnya, walau tak di deskripsikan oleh Rudi, dari ekor mataku aku dapat sekilas melihat apa yang sedang terjadi, akan tetapi, guna memperoleh kesan pameran aurat yang natural, aku tetap berusaha focus dengan akting yang kulakukan ini.

“Gila Miiiiii…… Gila…..” mendadak Rudi berbisik dengan nada seru.
“Kenapa sayang…???” tanyaku antusias.
"Dia ngeluarin kontolnya dari bawah celana….” Ucap Rudi “Sepertinya dia mau onani sambil ngintipin kamu…”

DEGDEG…DEGDEG…DEGDEG…

Mendadak, begitu mendengar ulasan Rudi secara langsung, dadaku seperti kembali mau meledak.

Bagaimana bisa, 
cowok ini mengeluarkan batang kejantanannya di depan jendela kamarku. Ia sepertinya tak tahan dengan nafsu yang ada di otaknya. Dan sepertinya, ia sengaja kembali ke kamarnya dan mengganti kostumnya dengan celana pendek dengan tujuan seperti ini,  beronani di depan tempat umum. Di koridor hotel, tempat yang dengan mudah terlihat oleh orang lain.

“Cowo asing ini beronani sambil membayangkan tubuh seksiku. :D” tiba-tiba aku tersenyum simpul, sambil sedikit melirik ke arah cowok asing ini dengan ekor mataku.

“Wooow…. “

Kembali aku merasa dadaku seolah ingin meledak.

“Batang penisnya 
cowok asing yang sedang beronani di depan jendela kamarku itu ternyata besar juga…”

Seketika itu juga, mukaku terasa memanas dan nafas hangatku berhembus semakin cepat. Putingku mencuat dan  vaginaku membasah. Aneh, walau saat itu tubuhku sama sekali belum dirangsang oleh benda apapun, tapi karena ulasan detail Rudi mengenai apa yang 
cowok  asing itu lakukan di luar kamarku, aku menjadi benar-benar terangsang. Terlebih dari penglihatan di ekor mataku, yang secara samar terlihat betapa besarnya barang yang ia miliki, semakin membuat vaginaku berdenyut hebat.

“Penis 
cowok itu sepertinya jauh lebih besar daripada penis Rudi…Gimana ya rasanya disodok-sodok dengan titit sebesar itu…?” Ucapku dalam hati.

Walau hanya melihat sekilas, penis itu terlihat begitu kekar, dengan urat-urat yang bertonjolan di sekujur batang panjangnya. Ingin rasanya aku melihat secara terang-terangan ke arah cowok asing itu, dan memperhatikan dengan seksama apa yang sedang ia lakukan di hadapanku itu. Ingin rasanya aku membantunya mengocok batang penis panjang miliknya dengan tanganku. Dan ingin rasanya aku ajak dia masuk kedalam kamarku dan menyetubuhi vagina garalku dengan brutal.

"Wooooww... Miiiii…." Girang Rudi tiba-tiba.


"Kenapa sayang...?" bisikku sambil terus berpura-pura membaca majalah yang ada dihadapanku sambil terus memamerkan kemolekkan tubuhku.


"Tau nggak....?" Tanya Rudi lagi
"Kenapa...?"
"Gara-gara melihat tubuh seksimu, cowok asing itu mengeluarkan kontolnya....Gara-gara melihat paha mulusmu, cowok asing itu onani.... Dan gara-gara melihat tetek montokmu, cowok asing muncratin pejuhnya di jendela kamar kita….”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar