Rabu, 23 September 2015

Liburan Birahi 10: Heart Terminal

Heart Terminal.


Dako memejamkan matanya, coba meresapi hangatnya air dalam bathtub. Pikirannya jauh menerawang tentang asa yang terbangun akan sebuah kehidupan rumah tangga yang bahagia.


Namun Dako tidak sendiri, diatas tubuhnya berbaring Aryanti, wanita yang pikirannya juga tengah bertualang, mencoba memahami apa yang tengah terjadi pada hidupnya.


“Ko,, Koq bisa sih kamu kepikiran ngadain liburan seperti ini?,,


“Ngga tau juga Yant,,,,, meski awalnya aku hanya ingin mencari sebuah pembenaran atas apa yang kulakukan selama ini,, tapi aku tidak menyangka bakal seperti ini?,,”


Hidung Dako membaui rambut Aryanti, sesekali bibirnya mengecup pipi wanita yang berbaring diatas tubuhnya, menyandarkan kepala wanita itu dipundaknya. Dua tubuh dengan kelamin berbeda, terendam dalam busa yang melimpah.


“Tapi kau egois Ko,,, kau sudah menjadikan honey moon ku hancur berantakan,,, tapi ya sudahlah,,, tak perlu dibahas,,”


“Maaf Yan,,,” hanya itu yang keluar dari bibir Dako yang tengah membenamkan wajahnya dileher yang jenjang dan mulus.


Aryanti menghela nafas, memejamkan matanya, menikmati ulah Dako dengan hasrat tak penuh, telapak yang kasar menjamah payudara, perut hingga selangkangan yang dibiarkan seolah tanpa pemilik.

Hening,,, hanya suara kecipak air yang sesekali terdengar, ulah dari kekaguman tangan seorang lelaki yang mencumbu kulit mulus seorang wanita cantik.


“Apa kau ingat saat pertama kita bertemu,,,” tanya Dako tiba-tiba.


“Hahahahaa,,, ngapain mbahas itu,,, dasar cowok mesum,,,” Aryanti tertawa, setiap ingat bagaimana tingkah konyol Dako saat berusaha berkenalan dengan dirinya.


“Tapi sampai sekarang, yang aku masih bingung, koq bisa sih kamu dapet name tag ku?,,” sambung Aryanti, hingga kini ia tidak tau, bagaimana bisa Dako yang belum dikenalnya bisa memegang name tag yang selalu terpasang didadanya.


“Hahahaaa,, jadi Mba Sri ngga pernah cerita padamu?,,,”


“Hehh?,,, Mba Sri?,,” Aryanti coba mengingat-ingat kronologi beberapa tahun yang lalu, saat Dako berpura-pura mengembalikan name tag miliknya, hanya untuk mengajak makan siang.


“Yup,,, Mba Sri yang ngambil name tag kamu, waktu kamu kekamar mandi, terus ngasih ke aku,,, hahahaa,,,”


“OMG,,, aku kira name tag ku memang jatuh dijalan,,, sialan kau Ko,,,, Huuhh,, kasian banget Zuraida, padahal saat itu kamu tinggal menunggu hari untuk menikah dengan Zuraida,”


“Hehehee,,, kamu kan tau kalo aku emang bajingan,,, hahahaa,,” Dako tertawa tergelak sambil meremasi payudara Aryanti lebih kuat.


“Aaauuuhh,,, puting ku lagi nyeri tauuu,,, dari kemaren ni balon diremes dan diisep terus ama kalian,,, ampe heran koq ngga bosan-bosan,,” Wanita itu menepis tangan Dako.


“Hehehee,,, Sorry,,, habisnya Zuraida sulit diajak bercanda seperti ini,,,”










“Mungkin kamu aja yang ngga nemu caranya,,, ayolah,, bukankah kamu si penakluk wanita, masa ngadepin istri sendiri ga bisa,,,” Aryanti berusaha menjadi pendengar yang baik. Memberi semangat meski hatinya juga berusaha bangkit dari kepedihan yang sama.


“Ngga tau lah Yan,, tapi aku banyak belajar dari liburan ini,,, aku ingin tobat, setidaknya mengurangi kenakalan ku,,, ternyata aku belum mengenal sifat Zuraida sepenuhnya, mungkin aku harus belajar menjadi cowok yang lebih romantis,,,”


“Tobat? Yang beneer?,,,”


“Iya beneeer,, sueeer,,, pake lima jari nih,,,”jawab Dako mengangkat telapak tangan dengan jari terentang.


“Terus,,, yang lagi nyundul-nyundul di pantatku apaan?,,, hahahaa,,,” Aryanti tergelak, merasakan batang Dako yang keras, menusuk bongkahan pantatnya, sesekali menyelinap diantara belahan pahanya.


“Hahahaa,, kalo itu reaksi alami laaahh,,,” tawa lelaki itu pecah, lalu membisik mesra, meminta izin untuk bertandang kedalam tubuh si wanita. “aku masukin yaa,,,”


“Tumben pake minta izin, masukin aja,,, tapi aku lagi ngga mood, lagi ngga pengen,,, aku pengen istirahat, kepalaku agak pusing,,,” jawab si wanita, kembali meletakkan kepalanya dipundak Dako. “Pijitin lagi dong,,,”


“Lhooo,,, badan mu agak panas Yant,,,” ucap Dako ketika sadar suhu tubuh Aryanti yang lebih panas, bukan karena hangatnya air.


“Kan tadi aku bilang lagi ngga enak badan,,, mungkin karena kecapean,,,”


“Yaa,, smoga,,, ya udah,,, istirahat ya,,,”


Dako mengurungkan niatnya, meski saat itu penisnya yang sudah mengeras berada tepat didepan vagina Aryanti. Lebih memilih menuruti keinginan si cantik, memijit tubuh mulus itu. Meski sesekali tangannya tak mampu untuk menahan bergerak nakal meremas payudara membusung yang muncul dipermukaan, diantara busa yang lembut.


“Yant,,, punyamu koq dibiarin rimbun gini sih,,, kan cowok lebih senang ama yang gundul dan mulus,,,” bisik Dako sambil mengusap-usap rambut kemaluan Aryanti yang lebat.


“Hehehee,,, ngga apa-apa,, seneng aja ngeliatnya kalo lebat gitu,,, lagian Arga ngga pernah komplain koq,,,” Aryanti bermain mengumpulkan buih dengan tangannya, mengumpulkan diatas gundukan payudara.


“Aaaiiihhh,,, Dakoo,,, ngapain sihh,,, turunin,,,,” tiba-tiba bibir tipis nya terpekik, Dako mengangkat pantatnya hingga membuat selangkangan Aryanti yang ada diatasnya muncul kepermukaan. Ada rasa malu dihati wanita itu bila kemaluannya yang dipenuhi oleh rambut kemaluan diperhatikan oleh orang lain.


“Ststsss,,,, katanya kamu seneng ngeliat, aku mau ikut ngeliat koq malah malu sih,,,” tangan kanan Dako berusaha menepis kedua tangan Aryanti, sementara tangan kirinya menyibak buih yang menutupi selangkangan wanita itu.


“Hhmmm,,, emang mantap sih,,,” komentar Dako, saat menangkap pemandangan hutan rimbun yang menyembunyikan liang surga yang didamba oleh kaum adam.
“Mantap apanya?,,,”


“Mantap sangar nya,,, bener-bener terlihat sperti hutan misteri, bikin cowok makin penasaran,,, hahahaaa,,”


“Tuuu kan,, malah diledekin,,, udah dong,, turuniiin,,,” kaki Aryanti berusaha menekan pantatnya kebawah, membuat Dako mengalah, tapi tangan lelaki itu masih mengusap rimbunnya kemaluan Aryanti.


“Ko,,, potongin dong,,,”


“Bener?,,, ntar Arga malah komplain lho,,, lagian lama lho kalo mau di gondrongin lagi,,, hahahaa,,,”


“Iiishh,,, seneng banget sih ngeledekin,,, lagian Kalo Arga nanya ya bilang aja aku pengen nyobain style baru,,,hehehe,,, itung-itung surprise lah,,”


“Hahahaa,, sini dah aku potongin,, mau dibikin mohawk atau gimana nih,,hahaha,,, tapi kamu turun dulu dong,, lama-lama badanmu berat juga Yant,,,”


“Hahahaa,, dasar Dakooo,,, iyaa,, iyaaa,,aku turun niihh,,,” kedua insan itu beranjak keluar dari bathtub. Lebih terlihat seperti sepasang suami istri dibanding ikatan persahabatan. Aryanti melenggang mengambil pisau cukur kumis milik Arga, dibawah tatapan nanar Dako yang menganggumi bulatan pantat yang kencang, bergerak dinamis mengikuti langkah kaki yang jenjang.


“Pake ini bisa kan?,,,” ucap Aryanti, berpaling sambil mengacungkan pisau cukur, tapi dirinya justru mendapati Dako yang terbengong memandangi tubuh telanjangnya. “Iiihhh,,, ngga bosan-bosan melototin pantat bini orang,,,”


“Hehehee,,,, habisnya pantatmu sekel banget,,, jadi inget semalam, waktu nusuk dibelakang,,, minta lagi dong,,”


“Aaahh,, ngga-ngga,, potongin dulu punyaku,,,,” Aryanti duduk ditoilet, menyerahkan pisau cukur kepada Dako.


Baru saja membuka kedua pahanya, wanita itu kembali mengatup rapat menyembunyikan kemaluan diantara jepitan paha. “Hahahaa,, Aku malu Ko,,, jangan dipelototin ya,,,,”


“Yeee,,, gimana mo motong kalo aku ngga ngeliat, lagian ntar kalo udah bersih ngga malu lagi koq,,,” jawab Dako, bersimpuh didepan Aryanti, membuka paha yang mulus. Sesaat mengamati pintu vagina yang masih tertutup rapat meski kedua pahanya sudah terbuka.


“Pantes legit, rapat banget kaya gini,,,” ucap hati Dako, mengagumi alat kelamin milik istri sahabatnya itu. Jari-jarinya menguak bibir vagina.


Sementara si wanita membuang pandangannya kearah bathtub, memandangi buih yang perlahan mulai berkurang. Menutupi rasa malu, meski lelaki yang bersimpuh didepannya itu sudah beberapakali dimanjakan oleh liang senggamanya. “Cepet dong,,, jangan dimainin kaya gitu,,,”


“Aaauuu,,, pelan-pelan,,, geli,, hati-hati ya,,, ntar luka lho,,,” kening Aryanti mengernyit, menahan geli dan khawatir kulit nya terluka. Tetapi wanita itu percaya, sahabat suaminya itu akan melakukan yang terbaik untuk mahkota nya.


Paha yang berakselerasi dengan tungkai yang indah itu terbuka semakin lebar, mengikuti segala kehendak sang teknisi, bibirnya berkali-kali mendesis saat jari Dako mengambil potongan rambut kemaluan yang jatuh dibelahan bibir kemaluan.


“Aaauuuwwhhh,,, Sssshh,,,, Ko,,, knapa ngga bilang kalo udah selesai,,, Auuuhh,,,” tangan Aryanti menjambak rambut Dako. Tanpa disadarinya selangkangannya kini sudah bersih. Menampilkan sepasang daging gemuk yang saling berhimpit diantara dua paha yang sekal.


“Cantik banget Yant,,,” ucap Dako, menjulurkan lidahnya, mengusap klitoris yang memerah.


“Aaahhhssss,,, Ko,,, kamu seneng ngoral juga yaa,,,eemmhhh,,,” Mata Aryanti menatap wajah lelaki yang tengah mencumbu selangkangannya, mengusapi rambut nya dengan rasa yang sedikit berbeda.


“Ko,,, kalo menurutku, bersetubuh dengan rasa sayang itu lebih nikmat dibanding sekedar mengejar hasrat,,, kalo menurutmu gimana?,,,” wanita itu bertanya sambil menyandarkan tubuhnya kesandaran toilet, sementara tangannya mengusapi rambut Dako, membiarkan lelaki itu bermain-main dengan alat senggamanya.


Dako menghentikan aksi lidahnya, menyandarkan kepala dipaha kiri Aryanti, matanya menatap bibir vagina yang terlihat begitu indah tanpa rambut kemaluan, sesekali jarinya menguak lipatan, sambil mengusapi dua kulit tipis yang menjadi pintu menuju lorong, membuat si empunya menggeliat menahan geli.


“Sama,,, kalo disuruh memilih,, aku lebih suka mencumbu wanita yang kusayangi dengan rasa penuh cinta,,,” ucap Dako pelan. Kembali mendekatkan lidahnya, menyambut aliran kalenjar bening yang perlahan keluar dari bibir vagina.


Mata lelaki itu terpejam, seiring lidahnya yang mengais cairan cinta kedalam lorong yang kemerahan. Tangannya dengan lembut mengusapi paha Aryanti.


Perlahan mata nya terbuka, menatap Aryanti yang memandangi ulahnya dengan pandangan sayu..


“Boleh aku,, emmhh boleh aku memiliki hati mu,, walau hanya untuk sesaat,,” bibir Dako terbata. Kaku, Sesuatu yang sangat jarang terjadi pada lelaki itu.


“Apa kau baru saja menembakku, Hahahaa,,, aku sudah bersuami lho,,, dan tadi ada yang bilang pengen tobat,, hehehee,,,” mata Aryanti mengerling genit, menggoda Dako.


Dako tersenyum kecut, “Haahahahaaa,,, Iya,, aku sadar koq,, lagian aku cuma bercanda,,, sudah yuk, keringin tubuhmu,, ntar malah tambah masuk angin lho,, lagian sebentar lagi kita ada dinner party,,,” Lelaki itu berdiri, mengacak-acak rambut Aryanti yang masih basah, sebelum berpaling Dako menyempatkan menoel puting Aryanti sambil tertawa.


“Ko,,, tunggu” Seru Aryanti, menahan tangan Dako. “Kamu boleh berhenti menggoda wanita, tapi tidak denganku,,” ucap Aryanti sambil tersenyum, lalu memeluk tubuh Dako dari belakang, dengan pasti wanita menggiring Dako keluar kamar mandi.


“Kita kawin yuuk,,,” bisik Aryanti sambil merapatkan pelukan kepunggung Dako.


“Hahahaa,,, kalo tubuh sedang fit, sudah dari tadi aku perkosa kamu,,, mending istirahat aja deh sanaa,,, ntar aku yang disalahin sama Arga,,”


“Aahh,, kalo cuma ngeladenin kamu sih kecil,,, sampai dua ronde aku juga masih sanggup koq,,, tapi kalo emang ngga mau ya udah,, ntar dikira aku yang keganjenan pengen dientot,,,


“Iiisshhh,,, ni mulut,, kalo udah pengen vulgarnya langsung keluar,,,”


“Eemmmpphh,,,” bibir Aryanti yang ingin tertawa tertahan oleh lumatan bibir Dako, membopong tubuhnya kekamar.


Tiba ditepi tempat tidur, Aryanti menahan Dako yang ingin merebahkan tubuhnya keatas kasur. Menatap tajam mata Dako.


“Ko,,, aku ingin ini lebih dari sekedar seks,,,” ucapnya lirih, lalu berbaring dengan senyum yang sangat lembut.


Dako terdiam, berusaha mencerna ucapan wanita cantik yang kini berbaring pasrah didepannya.


“Apa kamu ingin terus memandangi tubuh istrimu mu ini,, waktu kita ngga banyak lho,,,” lagi-lagi Aryanti tersenyum genit, melepas cincin kawinnya lalu meletakkan di meja kecil disamping kasur.


“Istrikuu?,,, hahahaa,,, dasar nakal,”
Dengan cepat Dako menaiki tubuh mulus si teller bank yang cantik, mengusapi payudara yang tetap membusung meski pemiliknya sedang berbaring. Menciumi leher yang jenjang, lalu menghisap layaknya seorang vampire, memberi beberapa tanda dikulit yang mulus.


“Kooo,,, Ooowwhh,,, jangaaann,,,” Aryanti berusaha mengelak, menghindari adanya tanda merah yang pasti akan dengan mudah dikenali oleh orang lain.


“Bukankah kamu istriku?,,,” celetuk Dako sambil nyengir nakal.


“Huuhh,,, dasar Dakoo,,, ooowwhhhss,,,, dineneen aja dooong,,,” pinta wanita itu, tapi tak lagi berusaha menghindar, lebih memilih untuk membiarkan lelaki itu mencumbu tubuhnya sesuka lelaki itu.


“Kooo,,, owwhhhss,,, geliii,,, cupangin disitu juga dong,,, hihihi,,,” goda Aryanti, sambil memandangi Dako yang menciumi ketiaknya. “Eeenggghhh,,, geliii gilaaa,,, Aaawwwssshhh,,, Dakooo,,jangan kuat-kuat ngiseepnyaaa,,geliii bangeeet,,, Aaahh,,,” wanita itu merintih semakin kuat, tidak menduga Dako benar-benar berusaha membuat cupang diketiaknya. “Eddaaaan kamu Koo,, Ooowwhhss,,,”


“Heemm,, koq ngga merah ya,,,” seru Dako dengan cueknya, memandangi karyanya dilipatan tangan wanita itu. Lalu kembali membenamkan wajahnya dan kembali membuat wanita itu terpekik.


“Hahahaa,,, udaahh,,, geli taauuu,,, Awwhhss,, udaahh,,, awas yaaa,, ku balaaasss,,,” Aryanti berkelit, mendorong kepala Dako menjauh dari ketiaknya, lalu dengan cepat bangkit menindih tubuh Dako.


“Sekarang giliranku,,, hehehee,,”


“Emang kamu bisa apa?,,, palingan ngisep batangku,, hahahaa,,,” celetuk Dako, membuat Aryanti yang tengah bersiap melumat batang Dako menjadi keki.


“Asseeemm,,, liat aja ntar,,, aku punya surprise buat suami baruku,, hehehee,,” jawab nya sambil mengocoki batang yang sudah mengeras.


Perlahan tapi pasti, bibir wanita itu melumat batang yang sudah mengeras. Setelah puas lidahnya beralih pada kantong testis, lalu dengan rakus melumat kedua biji kelereng, lalu menyedot dengan kuat..


“Ooowwhh,,, boleeehh juga,,” kening Dako berkerut menahan nyeri tapi juga terasa nikmat.


“Hehehee,,, gimana? Enak?,,,” tanya Aryanti, tanpa berhenti mengocok batang Dako.


“Heemmm,,, Lumayan,,,”
Lagi-lagi jawaban Dako membuat wanita itu keki. Tangannya mendorong paha Dako agar lebih terbuka. Lalu kembali melumat batang dan testis Dako dengan lebih ganas.


“Ooowwwhhhss,, Hahahaa,,,, Sudaaah yaaant,,, ntar aku keluaaaar,,, Aaarrrgghhh,,,”


Lelaki itu menarik paksa tangan Aryanti lalu membanting kesamping, dengan sigap Dako mengambil posisi diantara kedua kaki yang jenjang, lalu membenamkan wajahnya diselangkangan yang sudah basah.


“Aaaww,,, Dakoooo,,, Eeemmmpphh pelaaan-pelaaan,,”


“Sakiiit Kooo,, jangaaan digigiiit,, Aaaww,,,


“Eemmpp,, iyaaa,, jilaaatin ajaa,, Ooowhhss,, Dakooo gilaaa,,, hahaahaaa,,”


Teriakan, desahan dan rintihan memenuhi kamar, kedua tubuh itu terus bergumul, saling menggoda, silih berganti saling tindih menindih, hingga nafas kedua nya terasa begitu berat.


“Udaahh,, Aahh,, capek akuu,,,” ucap Aryanti menjatuhkan tubuhnya disamping Dako setelah lelah melumat batang Dako yang masih mengeras. Keringat membasahi tubuhnya.


“Yant,,,”


Wanita itu menoleh kesamping, sambil mengatur nafasnya. “Yaa,,, ada apa?”


Dako yang sudah membuka bibir untuk mengucap kata, mengurungkan niatnya. Matanya menatap wajah Aryanti dengan mimik lebih serius.


“Kenapa? pengen ngentotin aku sekarang?,,, ayoo,, siapa takut,,”


Dako tertawa mendengar pertanyaan Aryanti. Wanita yang berbaring disampingnya tanpa busana itu memang selalu blak-blakan kalo bicara. Wajahnya pun selalu terlihat ceria, seakan tak pernah memiliki masalah. Begitu berbeda dengan Zuraida.


Aryanti ikut tertawa. Tangannya terhulur mengusap pipi Dako. “Sayang,,, tadi aku sudah bilang, aku ingin merasakan sensasi yang sedikit berbeda. Bukan sekedar seks,,” ucapnya sambil merapat ketubuh Dako seakan meminta untuk dipeluk.


Wanita itu tau, pemilik tangan kekar yang mencoba memeluk tubuh telanjangnya dengan erat itu masih bingung dengan apa yang diinginnya. Bibirnya mendekat ke telinga Dako, lalu berbisik lembut. “Aku ingin selingkuh,,, setubuhi aku sepuasmu, tapi pake cinta,,,”


Dako tertegun. Dirinya memang sudah beberapa kali mencicipi kenikmatan dari tubuh wanita bernama Aryanti, tapi semua atas dasar nafsu dan tualang birahi. Dan kini wanita itu mengajak untuk bermain hati, tidak berbeda jauh dengan gelora yang mengusik dirinya, ingin mencumbu Aryanti dalam balutan kasih.


Perlahan Dako mengcup bibir Aryanti, berlanjut dengan lumatan bibir yang lembut.


Aryanti memejamkan matanya, seiring usaha Dako memenuhi lorong senggamanya dengan batang yang sudah mengeras. Wanita itu mencoba menerima sepenuhnya kenikmatan yang ingin diberikan oleh sang pejantan.


Bibirnya mendesah, meluahkan getar nikmat yang merambati saraf dan memberi pesan keotak tentang rasa yang dikecap oleh lorong senggamanya. Hentakan-hentakan lembut yang menggeseki liang sensitifnya membuat wanita itu menggeliat.


Hentakan Dako terhenti membuat wanita cantik itu membuka matanya, menatap sang pejantan yang memandangi liang senggama yang tengah di isi perkakas tempur.


“Nih,, pandangin puas-puas,,, Hehehe,,,” Aryanti tertawa, lalu memeluk kedua kakinya. Mencoba mengekspos bagian bawah tubuhnya yang tengah menjepit benda sekeras kayu.


“tembem banget punyamu Yant,,,” bisik Dako, menggerakkan batangnya keluar masuk. Lalu menindih tubuh Aryanti, membuat kaki wanita itu semakin tertekuk. Dengan merentangkan kakinya lelaki itu kembali menghentak layaknya orang sedang push-up.


“Koq ketawa terus sih,,,” ucap Dako sambil terus menggerakkan pantatnya.


“Ngga apa-apa, cuma lucu aja ngeliat kamu, pengen nyoba semua gaya ya? Hihihihi,,,”


“ngga juga, aku cuma sepuas-puasnya ngerasain punyamu,,,”


“Hahahaa,, mau nyoba doggy?,,,”


“Doggy? Hhmmm boleeh,, tapi kalo nyasar kelubang belakang jangan marah ya,,,” jawab Dako.


“Wuuu,,, mau nyaaa,,,” bibir Aryanti manyun lalu memutar tubuhnya.
“Pelan-pelan ya nusuknya, ntar balonnya pecah lhoo,,,” mata cantiknya mengerling genit, sambil memeluk guling wanita itu mengangkat pantatnya tinggi, memamerkan dua lorong kemaluan yang ditawarkan kepada si penjantan.


“Yaaant,,, eemmpphh,, sempit banget,,” ucap Dako yang tak tahan melihat liang anus Aryanti yang mengerucut imut.


“Pelan Koo,,, Eeengghh,,, Aaauuu,,,” rintihan tertahan, jari-jari yang lentik mencengkram guling dengan kuat, meredam rasa perih, meski sudah beberapa kali melakukan anal, tetap saja liang bagian belakangnya terasa sulit setiap menerima tusukan pertama.


“Gimanaa?,,, Uuuuhhhhssss,,, Aaaahh,,, geliiii Kooo,,,”
“Yaaann,, sempit bangeeet,,, Oooowwhhh,,,”
Hentakan-hentakan kembali mengalir dengan ritme yang teratur, pantat Aryanti ikut bergerak menyambut setiap tusukan. Tubuh keduanya mengkilat oleh keringat.


Beberapakali bibir tipis si wanita terpekik ketika si lelaki dengan usil menghentak dengan keras. Membuat tubuh ramping nya menggeliat makin liar namun tertahan oleh jari-jari kokoh yang mencengkram bulatan pantatnya dengan kuat.


“Daakooo aku keluaaaar,,, Aaaagghhh,,,” Aryanti mengangkat pantatnya semakin tinggi, telapak tangannya menggosoki bibir vagina yang sudah sangat becek, dan tak lama kemudian cairan bening menghambur deras dari bibir vagina, membasahi guling dan kasur yang ada dibawahnya.


“Dakooo,,, nikmat banget sayaaang,,, ooowwhhh,,,”
Dengan terengah-engah Aryanti mengangkat tubuhnya, meminta Dako memeluknya dari belakang.


Perlahan Dako kembali menggerakkan pantatnya, bibirnya menjilati telinga, memaksa libido si empunya kembali bangkit.


“Yaaannn,,, aku juga maaauuu keluaaarrr,,, Oohh,, ohh,, ooohh,,,”


“Mau dikeluarin dimana?,,, depan apa belakang? Pilih aja,,, hihihi,,,” goda Aryanti, pantatnya bergerak kekiri dan kekanan, memanjakan batang yang masih bersemayam diliang anus.


Plop!!!,,
Dako menarik batangnya keluar.
Tanpa diminta Aryanti membaringkan tubuhnya merentang kedua kakinya, mengerti apa yang dikehendaki sipejantan yang bertualang dengan tubuhnya, mempersilahkan untuk menciduk kenikmatan dari liang senggamanya.


“Ayoo papah cayaaang,, mamah udah siaap di hajar lagi nih,,,”
Aryanti merentang kedua tangannya, menggoda Dako untuk melumat semua kenikmatan yang disajikan.


“Hahahaa,, bisaa ajaa,, kamu tambah ngegemesin yan,,” Dako menaiki tubuh Aryanti. Melumat bibir si wanita dengan ganas.


Tangan Aryanti menangkap batang Dako yang justru berusaha kembali menerobos lubang belakangnya. “Paaahh,,, jangan curang dong,, yang depan juga minta diisi tauu,,” dengan sigap jari-jari lentik mengarahkan batang yang keras kebibir vaginanya.


“Aaahhhh,,, eemmpphhh,,, keluarin disini aja yaa saayaaaang,,, kita bikin anaaak,,,”


Mendengar ucapan Aryanti, Dako berubah lembut, lidahnya menjelajah mulut basah Aryanti semakin dalam. Tapi tidak dengan batang yang merojoki vagina si wanita. Pantat lelaki itu bergerak semakin cepat.


“Aaahh,,, papaaahh,,, maaamaaah udaaah siaaaap,,,” ucapnya tertahan.


Dako bertumpu di kedua lututnya, mengganjal pantat Aryanti dengan bantal, pasrah menyambut setiap hentakan. Bibir keduanya mulai menggeram mengejar orgasme.


Hingga akhirnya dua tubuh yang menyatu itu mengejan dengan kuat. Masing-masing berusaha memaksimalkan kenikmatan yang didapat.


“Oooowwwhhsss,,, Yaaant,,, aku semprrrooot sayaaang,,, Ooogghh,,,”
“Aaagghhh,,, Dakooo,, tusuuuk yaaaang daaaalaaam,, Aaahhh,,,”


Tubuh montok Aryanti melengkung, kepalanya tertengadah dengan mulut terbuka lebar menggeram dengan liar, menyorong pantatnya begitu kuat, mempersilahkan Dako yang mencengkram pinggulnya dengan kuat, mengisi setiap rongga rahim dengan cairan sperma yang mengalir deras.


Sesekali pantat Dako masih mengejat, menghantar sisa-sisa sperma, lalu ambruk diatas tubuh si wanita yang tersenyum dengan nafas kembang kempis.


Tapi entah kenapa, ada sesuatu yang mengganjal dihati Aryanti, perasaan ganjil yang mengusik nikmat orgasme yang didapat.


“Argaa,,” bibirnya menyebut nama sang suami tanpa bersuara. Lalu memeluk tubuh lelaki yang baru saja mengisi tubuhnya dengan sperma. Wajahnya perlahan berubah murung. Termenung.


“Kamu lagi subur Yant?,, kamu benar ingin punya anak dariku?,,” celetuk Dako, mengagetkan Aryanti.


“hehehe,, ngga koq,,, aku udah suntik tiga bulanan,, punyamu cuma numpang lewat,,” jawab Aryanti dengan tawa dipaksakan, terus memeluk dan membenamkan wajah Dako di leher jenjangnya, tak ingin lelaki itu membaca raut wajah yang kali ini tak mampu disembunyikan.


“Mas Arga,, Aku kangen kamu mas,,, kangen banget,,” bisik hatinya, perlahan air matanya mengalir, seiring sperma pejantan yang mengalir keluar dari liang senggama.


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar