HASRAT YANG TERPENDAM
Saya, Naryo, dan Yola, istri saya, tinggal di sebuah permukiman tidak kumuh atau bisa dikatakan desa yang sudah cukup modern karena sudah ada listrik dan telekomunikasi. Rumah ini diberikan oleh ayah saya karena dia sudah tidak menggunakannya lagi. Ayah saya merupakan orang yang cukup terkenal di desa ini. Jadi kami rasa tinggal di sini sangatlah menyenangkan mengetahui bahwa banyak dihormati oleh tetangga dan orang sekitar. Rumah kami ini tanahnya sangat besar, akan tetapi bangunannya sudah cukup tua karena merupakan salah satu warisan dari kakek buyut saya.
Sekiranya setelah kami menikah kami
tinggal di rumah ini, kami selalu bersikap ramah kepada semua orang desa ini.
Dan selalu bersedia menyediakan rumah ini untuk acara-acara desa ini berhubung
rumah kami sangat luas halamannya. Mungkin sedikit dari kalian yang mengetahui
bahwa kehidupan di pemukiman atau pedesaan adalah saling berbagi baik makanan
gula minuman buah-buahan sayuran serta rumah tinggal ataupun halamannya. Jika
sekali saja kami bertindak yang menentang dapat dikucilkan oleh seluruh orang
di desa ini. Karenakebaikan kami kepada orang desa serta istri saya yang
berperawakan menarik dan periang kepada semua orang. Istri saya, Yola, sangat
dikenal oleh semua orang di desa ini bahkan bisa dibilang ia merupakan wanita
paling menarik di desa ini. Banyak sekali tetangga saya yang melirik istri saya
seperti ingin menelanjanginya. Istri saya maupun saya menyadari mereka
berpikiran seperti itu akan tetapi kami terus berusaha ramah seperti menyapa
tertawa seperti layaknya tetangga biasa. Satu tahun telah berlalu, kami belum
juga di karuniai anak. Istri saya mulai jadi bahan perbincangan orang-orang
desa. Ada yang berpikiran saya tidak dapat memuaskan istri saya padahal cantik
begitu. Ada juga yang berpikiran istri saya tidak dapat melakukan dengan saya.
Akan tetapi, kami berusaha menanggapi itu semua dengan baik saja tanpa rasa
amarah. Oleh karena itu, kami sangat menyukai anak-anak jika ada anak-anak yang
sedang berkunjung kami sering kali memberikanmakanan ataupun uang jajan untuk
mereka. Dan mereka cukup akrab kepada kami hampir seperti teman bermain. Istri
saya yang periang itu selalu mengajak mereka bermain ataupun memberikan
makanan. Anak-anak itu senang sekali bercanda dengan istri saya, seperti
kejar-kejaran karena mereka pura-pura mengambil sendal istri saya ataupun
ketika istri saya menjemur pakaian mereka iseng sekali untuk menyolong pakaian
kami yang sedang kami jemur (hanya untuk bercanda).Dua tahun telah berlalu,
saya bekerja sebagai pemilik persawahan di desa ini dan istri saya sesekali
bekerja membantu neneknya menjaga toko di kota. Kehidupan keuangan kami
sangatlah cukup untuk ukuran orang desa. Suatu ketika istri saya pulang cukup
larut sekitar jam 20 malam pada hari jumat. Kemudian, setelah berberes-beres
istri saya bersiap-siap untuk mandi, waktu menunjukkan pukul 21.00 malam. Lalu
istri saya ke halaman belakang rumah saya untuk bersiap mandi. Istri saya
melepaskan pakaian nya dan menggantungkan handuk serta pakaiannya di samping
kamar mandi karena kamar mandi kami kecil dan sempit tidak dapat dibuatkan
gantungan di sana. Sepertinya saya belum sempat bercerita bahwa rumah desa
seperti ini biasanya memiliki WC / Kamar Mandi di halaman tidak di dalam rumah seperti
di kota-kota besar. Karena kami memiliki tembok yang cukup tinggi. Maka kakek
saya membangun WC tersebut agak terbuka. Kamar mandi tersebut tetap memiliki
atap dan pintu, hanya saja pintu tersebut terbuat dari papan tipis dan sebagian
terbuka di bagian kaki serta sebagian terbuka di bagian kepala serta tidak
menggunakan kunci melainkan hanya cantelan. Atapnya pun terbuat dari seng
plastik dan beberapa kayu. Hanya untuk melindungi panas. Letak kamar mandi
tersebut kebetulan berseberangan dengan jendela kamar tidur kami. Sehingga jika
istri saya mandi saya dapat melihatnya dengan jelas kaki dan kepala istri saya
dari dalam kamar serta suara air bak yang di gayung oleh istri sayapun
terdengar dengan jelas.Saat itu, saya sedang berada di kamar sambil mempersiapkan
uang untuk pembelian pupuk sawah kami. Sesekali saya melihat istri saya yang
sedang mandi. Sekiranya beberapa menit setelah itu saya seperti mendengar ada
suara cekikikan anak kecil tertawa. Sepertinya itu adalah suara Doni dan Rizal
(anak dari salah satu tetangga kami). Mereka ini bersekolah tingkat SMU 1. Lalu
saya berusaha mencari asal suara tersebut ternyata mereka memanjat tembok
belakang rumah kami dan mengintip istri saya yang sedang mandi. Saya melihat
dari posisi itu iatidak dapat melihat tubuh istri saya seluruhnya. Karena
tertutup dengan atap serta pintu kamar mandi kami akan tetapi jika istri saya
bergerak ke pojok kamar mandi mungkin dapat terlihat sebatas dada hingga ke
kepala. Saya ingin menegurnya lalu saya berpikir “ah sepertinya hanya anak-anak
saja, ngerti apa sih, paling bercanda saja.” Serta saya juga merasakan darah
saya berdesir entah mengapa antara rasa suka, bangga, senang, dan horny.
Sekiranya 20 menit kemudian istri saya sudah bersiap untuk keluar dari kamar
mandi, lalu saya melihat kedua anak tersebut menundukkan kepalanya tetapi
mereka tetap masih berada di sana. Ketika istri saya keluar untuk mengambil
handuk, saya yakin mereka melihat tubuh istri saya seluruhnya telanjang tanpa
sehelai pakaianpun. Mereka cekikikan sambil turun dari sana. Lalu istri saya
kembali ke dalam, dan saya tidak mengatakan apapun tentang itu.Dengan perasaan
libido saya yang sudah meningkat tadi langsung saja istri saya yang baru
kembali ke dalam rumah saya ajak bermain di ranjang cinta kami. “Mah, papa
ingin nih…”, kata saya. Istri saya berkata “Ihh papa, masa baru mandi uda mau
di kotorin lagi…”. Tanpa menunggu persetujuan, saya langsung menyambar handuk
istri saya. Dan saya melihat dua buah payudara berukuran 34 C menggantung
bebas. Saya langsung menghisap buah dadanya dan menyelipkan jari saya ke dalam
liang kewanitaannya. Setelah itu saya sudah tidak tahan lagi untuk memasukkan
senjata saya ke dalam liang tersebut. Karena kami ini hanyalah orang desa
biasa, permainan kami belumlah sepertiorang-orang pada umumnya. Asalkan kami
puas kami senang. Saya menggoyangkannya berkali-kali istri sayapun mengikuti
irama saya. Saya tidak tahan lagi tanpa berlama-lama sayapun mencapai
puncaknya. Dan keluarnya semuanya didalam rahim istri saya. Saya terkulai lemas
karena kepuasan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Sedangkan, istri
saya nampak belum merasakan apapun. Ia hanya menggerutu, “papa bikin mamah
pusing aja.” Saya tidak mampu menjawab apa-apa.Keesokan harinya Doni dan Rizal
serta beberapa anak lainnya seperti biasa bermain-main ke rumah kami. Doni dan
Rizal bersikap biasa saja hanya saja sesekali mereka hanya tertawa-tawa saja
melihat istriku dari kejauhan dan saya mengerti betul mengapa mereka tertawa.
Semenjak itu Doni dan Rizal menjadi anak-anak yang lebih sering ke rumah kami.
Dan saya pun karena menyukai anak-anak sering mengajaknya bermain catur atau
kartu bersama tetangga-tetangga lain di rumah kami maupun menonton televisi.
Beberapa hari setelah itu kejadian yang serupa terjadi lagi. Ketika istriku
sedang mandi Doni dan Rizal berusaha mengintip istriku kembali dari balik
diding. Sayapun senantiasa memantau mereka dari dalam kamar. Ketika istriku
keluar dari kamar mandi, istriku sepertinya menyadari kehadiran Doni dan Rizal
karena saya lihat istriku mengadah ke atas untuk melihat ke arah dinding
tersebut. Saya melihat Doni dan Rizal panik berusaha menundukkan kepalanya.
Tetapi saya yakin istri saya masih dapat melihat rambut mereka yang masih
sedikit menonjol. Namun, yang saya kagetkan adalah, istri saya tidak mengatakan
apapun kepada mereka malah istri saya bersikap biasa saja seperti tidak
mengetahui kehadiran mereka. Saya sendiri bingung apakan istri saya mengetahui
kehadiran mereka atau tidak. Namun dari gelagat istriku, sepertinya saya yakin
betul istriku menyadari kehadiran mereka. Istriku bersikap cuek saja dan
handukan lalu masuk ke dalam rumah. Saat ini, aku mengalami libido yang jauh
lebih tinggi lagi dari kejadian pertama, karena yang ada di dalam pikiranku
saat ini adalah istriku “dengan sengaja” memamerkan tubuh telanjangnya kepada
anak-anak SMU itu. Walaupun aku sendiri tidak pernah tahu kebenarannya. Lalu,
ketika istriku masuk ke dalam kamar, aku sangat-sangat ingin menyetubuhi
istriku kembali. Dengan sangat cepat aku mencium dan meraba seluruh tubuh
istriku. Dan yang aku herankan istriku tidak menolak apapun, ia hanya berkata
“masss… hmpphhh”. Aku meraba dadanya, meremasnya memilinnya, menghisapnya,
menciumnya. Ia hanya melenguh, “uhhhmm…” Ketika aku menggapai selangkangannya…
Aku sangat kaget, ternyata istriku sudah basah!!! Aku tidak tahu apakah ini
pengaruh dari rangsanganku ataukah karena Doni dan Rizal tadi. Apapun itu, aku,
aku berpikir tidak karuan tidak sampai 5 menit aku sudah mencapai ejakulasiku
lagi!!! Aku sangat menyesalinya!!! Istriku, Yola, wanita periang ini pun
berseru kepadaku, “papah jangan dongg mama masih mau… ayo dong pahh!” Lalu aku
benar-benar menyesal dan menjawab, “maaf ya mamah, abis mama cantik banget
malam ini.” Istriku menggerutu lagi, “ah papa mah!!” Dan, akupun tertidur. Aku
tidak tahu lagi apa yang dilakukan istriku setelah itu. Yang aku tahu keesokan
paginya, aku tidak menemukan istriku disebelah ku. Melainkan ia tertidur di
depan televisi tanpa mengenakan pakaian sehelaipun. Lalu aku membangunkan istriku
untuk menyuruhnya mandi. Sekaligus aku bertanya, “loh mamah kok tidur di sini?
gak pake baju lagi” Istriku kebingungan sambil menjawab, “iyah pah abis kemarin
kita main seru, mamah keluar sebentar ambil minum eh ketiduran deh.” Sayapun
tidak bertanya lagi lebih lanjut apa yang terjadi setelah saya tertidur, saya
hanya berpikir sendiri “apakah ia bermasturbasi sendirian? ataukah ada yang
menontonnya? ataukah ia selingkuh dengan pria lain?” Tetapi saya tidak mencium
adanya bau-baupria lain ataupun kecurigaan yang bersangkutan dengan itu.Beberapa
hari kemudian, hari itu adalah hari sabtu pukul 10 pagi, Doni dan Rizal bermain
ke rumah untuk menonton televisi. Istriku sedang berberes-beres rumah dengan
hanya mengenakan daster tipis putih bercorak kembang saja. Sedangkan aku sedang
berbenah di dalam kamar. Namun, sudah saatnya istriku untuk mandi. Istriku
masuk ke kamar dengan melewati untuk mengambil daster baru. Lalu, saya melihat
dari kamar bahwa istriku melepaskan daster lamanya dan menggantungnya seperti biasa
di samping kamar mandi, dan berjalan ke dalam kamar mandi. Ketika air bak mandi
istriku terdengar. Saya mendengar Doni dan Rizal seperti ribut sendiri dan
berlarian ke belakang rumah kami. Lalu saya mulai mengintai keberadaan Doni dan
Rizal, dan benar saja mereka sedang mengintip istriku lagi. Akan tetapi, dari
posisi itu ia tidak akan melihat tubuh istriku, karena terutup oleh pintu kamar
mandi. Paling yang terlihat hanya kaki dan kepalanya saja. Akupun mengintip
istriku dari dalam kamar. Lalu aku menyadari, sepertinya di dalam gantungan
baju di sebelah kamar mandi tersebut kok istriku tidak membawa handuk yah? Aku
melihat istriku sudah selesai dari mandinya dan beranjak keluar dari kamar
mandi. Sedangkan Doni dan Rizal masih di pintu belakang mengintip istriku. Saya
yakin ketika istriku keluar dari kamar mandi Doni dan Rizal dapat melihat
dengan SANGAT jelas ketelanjangan istriku di depan mereka. Sekali lagi alat
kejantananku terbangun melihat keadaan ini. Istriku terlihat sangat menawan
dengan keadaannya yang basah seperti itu. Namun entah berpura-pura atau ia
memang terlupa untuk membawa handuk, akhirnya ia hanya mengenakan daster
lamanya untuk mengelap badannya yang basah. Lalu mengenakan daster basah
tersebut untuk tubuhnya sambil berjalan ke dalam rumah. Saya melihat Doni dan
Rizal berlari menuju ruang tengah untuk berpura-pura nonton televisi. Namun
istriku yang berdaster tipis basah dan saya melihat dadanya serta bulu-bulu
kemaluannya dapat terlihat jelas di balik daster basahnya itu. Berjalan melewati
Doni dan Rizal menuju kamarku. Akan tetapi, Doni dengan isengnya berkata,
“bibi, doni boleh minta susu ga?” Istriku menengok ke arah Doni, dan berkata,
“oh.. bentar ya bibi ambilkan.” Lalu, saya mendengar Doni dan Rizal tertawa
cekikikan berdua. Dengan masih berpakaian seperti itu, istriku ke dapur untuk
mengambil susu sapi di dalam kulkas kami. Entah istriku sengaja atau memang
pura-pura tidak tahu bahwa mereka sedang menggodanya. Istrikupun mengantarkan
“susu” tersebut ke meja di sebelah Doni. Menurut saya “susu” yang diantarkan
bukanlah susu sapi tersebut melainkan dada istriku yang tercetak jelas di balik
daster basahnya. Setelah itu istrikupun beranjak untuk masuk ke dalam kamar.
Kali ini aku tidak berani menyambar istriku walaupun aku sudah sangat tegang
sekali melihat keadaan ini. Aku tetap berusaha menggapai kesadaranku bahwa di
luar sana ada tamu. Akan tetapi, ternyata keadaan berbalik, kali ini istriku
yang menyambar diriku!!!Ternyata istriku sangat terangsang dengan keadaan itu!!
Gila! Ia menjadi seperti wanita yang kehausan beriahi. Ia dengan terburu-buru
menelanjangiku. Dan mengatakan satu kalimat kepadaku, “mas puaskan aku.” Aku
ingin berkata di depan kan ada Doni dan Rizal, tetapi ia langsung saja
menyambar bibirku melumatnya. Dan menuntun senjataku yang sudah sangat keras ke
dalam liang kewanitaannya. Dengan terus menggoyangkan pinggulnya menari-nari di
atas kejantananku ia mulai meracau, “sshhh… ohhh… hmphh…” Sambil meremas-remas
dadanya sendiri. Seperti sedang melakukan nya seorang diri tanpa menyadari
kehadiranku. Akupun melihat dan mendengar keadaan sekitar di manakah Rizal dan
Doni berada. Tetapi percuma saja dengan keadaanku dan suara istriku yang sedang
meracau aku sangat sulit untuk mendengar mereka di depan sana. Saya cukup yakin
bahwa Doni dan Rizal dapat mendengar racauan istriku yang sudah terangsang
berat ini. Aku tidak begitu konsentrasi dengan persetubuhan ini melainkan aku
berusaha mencari keberadaan Doni dan Rizal tetapi tidak menemukannya juga.
Sekiranya, 10 menit telah berlalu. Aku mulai kembali untuk “menikmati” istriku.
Aku sudah mulai berada dipuncak kenikmatan sedangkan Istriku pun sudah mulai
mencapai puncaknya. Istriku memejamkan mata menegadah ke atas sambil meracau,
“ohhh masss…. akuu keluarrrrr ssshhhhh…” Sambil terus meremas dadanya dan
menarik pentilnya sekuat-kuatnya ke depan. “ohhhhh…….hhhhh….” lenguhan panjang
tanda ia keluar. Akupun keluar bersamaan dengan istriku. Berulah setelah
istriku berhenti bersuara aku mendengar suara di halaman belakang dari jendela tempat
aku melihat kamar mandi belakang. Suara langkah kaki yang menginjak dedaunan di
sana. Berarti? Apakah dari tadi Doni dan Rizal mengintip kami dari sana? Jika
ia mereka mengintip kami dari sana, hanya istriku yang dapat melihat mereka
karena posisiistriku menghadap jendela itu secara langsung. Jendela itu berada
di atas kepala ku sehingga aku tidak dapat melihatnya. Sekali lagi timbul
banyak pertanyaan dengan istriku ini. Seselesainya kami berbenah kami keluar
dari kamar untuk bergabung dengan Doni dan Rizal. Akan tetapi, kami tidak
menemukan mereka. Beberapa menit setelah itu kami mendengar mereka berjalan
dari arah halaman belakang ke ruang tengah. Istriku hanya diam saja melihat
mereka sedangkan aku penuh dengan segala pertanyaan. Akupun bertanya kepada
mereka, “habis dari mana kalian?” Doni menjawab sambil gugup, “eh, anu pak dari
kamar kecil.” Lalu, aku berpikir sendiri “kok ke kamar kecil berdua?” Kemudian
kami menonton televisi dengan sangat diam dan terasa aneh. Biasanya mereka suka
bercanda dengan kami akan tetapi, kali ini mereka memilih untuk diam.
Sekiranya, 30 menit kami berada dalam kesunyian. Akupun mulai merasa tidak
betah. Maka, aku memutuskan untuk pergi ke halaman belakang dengan maksud
memeriksa posisi mereka mengintip kami tadi. Setibanya disana aku benar-benar
tecegang atas apa yang kulihat. Ada dua bercak sperma di atas tanah berada
tepat di depan jendela kamar kami. Dengan sangat jijik aku mengambil air untuk
menyiramnya. Sekembalinya aku ke dalam aku mekihat mereka mulai tertawa bersama
istriku, doni dan rizal sudah kembali normal. Entah apa yang terjadi selama aku
pergi ke halaman belakang yang pasti keadaan sudah menjadi nyaman.Setelah hari
itu, pikiranku selalu dibayang-bayangi atas kejadian doni dan rizal mengintip
aksi kami di ranjang membuat ejakulasiku menjadi cepat sekali. Kebanyakan dari
persetubuhanku dan istriku adalah kepuasanku semata. Aku hampir tidak mampu
lagi memuaskan libido istriku yang semakin liar dalam tiap permainannya.
Sedangkan aku terus dibayang-bayangi oleh kejadian itu, membuatku semakin horny
membayangkan saat itu istriku “dengan sengaja” memamerkan aksi liarnya di depan
anak-anak kampung itu. Sekiranya sebulan telah berlalu dari kejadian itu, aku
sangat menyesali selama itu aku tidak mampu memuaskan istriku karena
ejakulasiku menjadi sangat dini. Hari itu adalah hari jumat malam, istriku
pulang larut lagi seperti biasa pukul 20.00, ia berbenah lalu bersiap mandi.
Akan tetapi kali ini aku berpura-pura tidur dan sudah meredupkan lampu kamar
kami. Karena saya yakin, seperti terdahulu jika istriku mandi malam hari
pastilah Doni dan Rizal mencoba mengintip istriku. Aku kembali diposisi jendela
kamarku untuk melihat keadaan istriku. Dan sepertinya Doni dan Rizal juga sudah
mulai diposisinya mengintip. Ketika itu istriku nampak sesekali melihat ke arah
jendelaku mengintip entah mengapa sayapun tidak tahu. Dan saya bersembunyi
beruntung kamarku saat itu sudah gelap sehingga ia tidak dapat melihat
keberadaanku dengan mudah. Tiba-tiba belum ada 10 menit istriku mandi ia keluar
dari kamar mandi menuju halaman depan rumah kami dengan berjalan
mengendap-endap sambil bertelanjang bulat. Untung saja jika sudah malam jarang
ada orang desa ini yang berkeliaran. Akupun berpindah ke ruang tengah untuk
mencari keberadaan istriku. Dengan badan yang sexy mengkilat karena air
berjalan ke arah pagar rumah kami mengintip ke kanan dan ke kiri memastikan
tidak ada orang. Lalu, ia membuka pagar itu secara perlahan. Gila! Ia berdiri
di depan rumah kami dengan bertelanjang bulat sayasangat berharap tidak ada
orang yang melihatnya, karena ini bisa menjadi skandal bagi keluarga kami.
Sekitar 3-5 menit ia berada di luar pagar. Namun, ia seperti terburu-buru
kembali lagi ke dalam rumah melewati pintu depan. Akupun berlari sambil
berjinjit untuk kembali ke kamar. Aku mendengar istriku memasuki ruang tengah.
Dan berjalan ke arah kamar kami. Akupun langsung berpura-pura tidur sambil
memeluk guling. Setelah memastikan keberadaanku yang masih tertidur. Istriku
berjalan kembali ke arah kamar mandi. Saya melihat keberadaan Doni dan Rizal
hilang dari tempat mereka. Apakah mereka mengikuti istri saya yang berada di
depan pagar tadi? Sayapun tidak begitu mengetahuinya. Sekembalinya istriku ke
kamar mandi ia membawa sesuatu di genggaman tangannya. Ternyata itu adalah
Timun kecil. Saya bertanya-tanya untuk apa ia membawa buah timun ke kamar
mandi? Istriku melanjutkan mandinya hanya dengan beberapa siraman saja. Saat
itu waktu menunjukkan pukul 22.00, ia malah keluar lagi dari kamar mandi dan
mengambil kursi kecil yang biasa ia pergunakan untuk duduk ketika mencuci
pakaian. Ia pergunakan kursi tersebut untuk duduk di depan kamar mandi
menghadap ke arah Doni dan Rizal mengintipsehingga aku hanya dapat menonton
dari samping. Aku tidak tahu apakah itu sengaja atau kebetulan saja. Jika
kalian pernah mengetahui kursicucian ini, ia berbentuk sangat pendek sekitar 30
cm dari permukaan tanah terbuat kayu. Jika anda duduk di kursi ini maka posisi
anda akanseperti berjongkok mengangkang. Jadi secara “live” istriku mengangkang
ke arah Doni dan Rizal. Lalu ia mengambil timun tersebut dan memasukkannya ke
arah liang kewanitaannya. Perlahan tapi pasti timun itu masuk ke dalam
selangkangannya. Saya melihat Doni dan Rizalsepertinya sedang melakukan sesuatu
yang saya sendiri sedang lakukan sekarang. Walau aku tidak tahu pasti apakah
mereka sedang beronani atau tidak tapi guncangan kepala mereka sepertinya
menuju ke arah itu. Aku melhat istriku semakin asyik dengan aksinya, ia
mengigit bibir bawahnya dan mengangkang kebih lebar lagi dan merebahkan
badannya kebelakang dengan hanya menggunakan satu tangan bertumpu di tanah
merah dan kotor untuk menopang tubuh telanjangnya itu, sedangkan tangan satu
lagi mempertahankan timun itu tetap keluar masuk di selangkangannya. Ia
melenguh untuk yang pertama kalinya mungkin tidak dapat dipertahankan lagi,
“hmphhhhh ohhh…..” Setelah lenguhan pertama itu ia melirik ke arah jendelaku
lagi memastikan aku tidak bangun. Setelah ia merasa aman, ia melenguh lagi,
“ohhhh…. sssshhh yaaahhhh….” Semakin nyaring terdengar olehku. Ia melirik lagi
ke jendelaku. Dan semakin menjadi-jadi rupanya nafsu istriku yola, sang
periang, kembang desa ini, istri terhormat, sedang berusaha meraih kepuasannya
dari sebatang sayuran. Sambil membiarkan dua orang anak ABG mengintipnya.
Istrikupun semakin gila racauannya, “ohhh…. ohhh…. sshhhmmmm….” Semakin keras
suara racauannya. Ia sepertinya sudah tidak perduli lagi apakah aku akan bangun
mendengar racauan itu. Ia menjadi semakin lepas kendali, ia semakin merebahkan
badannya kebelakang hingga tertidur di tanah kotor itu. Dengan pantat nya yang
besar itu tetap bertumpu di bangku kecil,kini ia mengangkangkan kakinya lebih
lebar lagi. Tangan yang sebelumnya ia pergunakan untuk menopang tubuhnya kini
sudah bebas karena tidak lagi menopang melainkan tidur di tanah. Tangan itupun
beraksi ke arah putingnya dengan penuh tanah merah dan kotor ia peeperkan saja
kotoran itu ke perutnya dan melanjutkan untuk memilin puting kirinya. Hingga
sebagian kiri dari tubuhnya kotor karena tanah. Dengan badan mengkilat karena
air mandi, kotor karena tanah merah, selangkangan disumbat oleh timun, istriku
melenguh lebih kencang “ohhhhyaaahhhhh……..!!!” Akupun tak kuasa melihat ini dan
berejakulasi di dalam tissue yang sudah kusediakan. Sambil membersihkan senjataku
akuterus memperhatikan istriku yang semakin gila, ia mengangkat pantatnya
tinggi-tinggi dan semakin melebarkan vaginanya yang merekah itu dengan masih
ditutupi oleh bulu yang lebat, ia mencapai klimaksnya, “ohhh ssshhh ngeeeeehhhh
ngeehhhh….” begitu sekiranya racauannya seperti kambing saja. Sambil
terengah-engah ia melepaskan tangannya dan tetap membiarkan timun itu menempel
di selangkangannya. Dengan masih berposisi terlentang di tanah, istriku
menggeser kursi pendek itu karena sepertinya cukup sakit untuk berada di atas
itu lama-lama. Iapun rebahan ditanah kotor itu sekitar 3 menit. Lalu ia bangkit
berdiri. Dan timun itupun menggelincir terlepas dari selangkangannya. Istriku
meneruskan mandinya tanpa menutup pintu kamar mandinya sama sekali. Seselesainya
ia mandi, istriku membereskan kursi tersebut dan membuang timun itu ke jalanan.
Aku tidak akan menyalahkan istriku atas masturbasi yang ia lakukan ini. Karena
jujur saja sudah selama 1 bulan istriku tidak mendapatkan kepuasan seperti ini
dariku karena ejakulasiku semakin dini atas fantasi-fantasi istriku. Selain itu
juga aku sangat mencintai istriku yola. Terlebih lagi aksi-aksi istriku ini
memberikan kepuasan tersendiri kepadaku.Antara bangga, senang, horny, cemburu,
marah, bekecamuk dipikiran saya atas apa yang diperlakukan oleh Doni dan Rizal
terhadap Yola istri saya. Sayapun tidak menyadari bahwa hal ini dapat menjadi
lebih parah dari yang saya kira di part selanjutnya akan saya ceritakan lebih
lanjut mengapa saya sebut aksi eksibisionis ini menjadi lebih “parah”.Salam,Naryo
& RakaLanjutkan ke part 2________________________________________________
__________________________________________________ ___________Terima kasih
kepada para pembaca atas tanggapan positif dan apresiasinya kepada saya melalui
email. Saat ini saya persembahkan karya terbaru Part 2 dari kisah istri saya
Yola.Lanjutan dari Part 1Prolog:Cerita di bawah ini merupakan 80% kisah nyata
yang direvisi oleh saya Naryo selaku suami, bersama sahabat cyber saya bernama
Raka (perlu diingat bahwa Raka akan muncul di part 3 dari kisah berkelanjutan
ini). Nama yang akan di tampilkan dalam sepanjang cerita “Istriku ternyata
Eksibisionis” ini adalah 100% nama pendek dan nama panggilan dari nama asli
kami.Saya (Naryo) 32 tahun dan Istri (Yola) 29 tahun, kami sudah menikah selama
7 tahun lamanya (Sejak Tahun 2005). Saat ini sudah tahun 2012, Agustus. Sedikit
bercerita tentang istri saya selaku tokoh utama dari kisah nyata ini, ia
memiliki penampilan cukup sederhana dan menarik, sangat periang, dan memiliki
banyak teman. Menurut Raka, istri saya cukup cantik dan menarik jika diberi
angka 1-10 ia memilih angka wajah (7.5) dan badan (7). Dan ia seperti memiliki
darah keturunan chinese hanya sekitar 20% saja (tidak terlalu kelihatan).Tokoh-tokoh
dalam kisah Istriku ternyata Eksibisionis Part 2 (Hasrat Terpendam):1. Naryo
(penulis, saya, suami dari Yola)2. Yola (tokoh utama dalam cerita ini, istri
dari Naryo)3. Raka (teman cyber online saya yang membantu penulisan dan revisi
kisah ini)4. Doni (pelajar SMU 1, anak dari tetangga di desa kami)5. Rizal
(teman doni, lebih pendiam)6. Pak Yono (sang benalu desa, orang yang kurang
ajar, tidak tahu malu, gendut, tidak menarik, pengangguran)7. Pak Risman
(pekerja keras, sangat hormat kepada semua orang terutama saya dan istri saya)Pak
Soni (tetangga sekaligus sahabat keluarga kami)8. Pak Mamat dan Pak Bayu
(berkulit sawo matang dan tidak memiliki pekerjaan tetap, hanya sebagai petugas
keamanan desa kami)Seperti yang sudah diceritakan pada Part 1 asal mula mengapa
istri saya, saya “curigai” menyukai aksi eksibisionis. Di dalam Part 2 ini akan
saya perjelas lagi bahwa “teori saya , kecurigaan saya” mengenai istri saya
eksibisionis menjadi lebih jelas dan yakin. Kecurigaanpun berlanjut ke arah,
“hasrat yang terpendam”. Jika kalian membaca Part 1 tentunya kalian mengetahui
mengapa saya tidak dapat lagi menjadi “suami ideal” terutama dalam masalah
ranjang. Part 2 ini bercerita situasi keluarga kami di penghujung tahun 2005.
Dan beginilah kisahnya istriku tercinta, Yola.==================================================Seingat
saya waktu itu sekitar hari raya lebaran pada tahun 2005, pada hari raya
seperti ini keadaan desa kami menjadi sangat ramai dan sangat rawan sekali
dengan pencurian. Banyak sekali kejadian barang yang hilang, hal ini justru
terjadi ketika sedang ramai-ramainya kita bersilaturahmi ke rumah para
tetangga. Oleh karena itu, kami mengadakan ronda keliling desa secara bergilir
membantu memeriksa keadaan rumah yang lupa di tutup pintunya baik pintu
belakang maupun pintu depan dan sebagainya. Kejadian Doni dan Rizal mengintip
istri saya sudah berlalu sekitar 2 bulan lamanya. Seperti yang sudah kalian
ketahui, semenjak kejadian aksi istri saya di depan Doni dan Rizal membuat saya
tidak dapat melupakan hal itu terutama ketika saya melakukan aktifitas suami
istri kami di ranjang. Saya menjadi sangat bernafsu dan cepat sekali mengalami
ejakulasi. Hampir selama ini kami berhubungan mungkin dapat dihitung dengan
jari istri saya dapat mencapai “kepuasannya”. Dan, sejauh ini saya berpikir
memang itu adalah kesalahan saya membiarkan istri saya diintip oleh anak-anak
kampung itu. Sesekali muncul perasaan kesal dan menyesal dalam hati saya. Akan
tetapi, dorongan nafsu birahi yang melanda senjata saya jauh lebih besar untuk
membiarkan istri saya melakukannya.Pada saat itu siang hari, kami sedang
bersilaturahmi keliling dengan para tetangga kami, entah mengapa ketika saya
berkunjung ke rumah Doni dan juga setelah itu berkunjung ke rumah Rizal. Kami
terutama saya, merasakan hal yang aneh, saya merasa istri saya sedang
diperhatikan oleh Doni maupun Rizal. Setiap kali mereka mengajak bercanda istri
saya atau mengajak berbicara saja, saya seperti terdorong perasaan cemburu,
senang, dan bernafsu. Nampaknya hal ini juga terjadi pada istri saya, terlihat
dengan mukanya memerah setiap kali bercanda dengan mereka dan nampak sekali
bahwa istri saya memperhatikan kedua anak ini. Seusai bersilaturahmi dari rumah
Rizal, waktu sudah menunjukkan pukul 19:00 malam. Kami berbenah diri untuk bersiap-siap
tidur, sudah lama saya tidak melihat kehadiran ataupun mendengar Doni dan Rizal
mengintip istri saya lagi semenjak kejadian di heboh istri saya bermasturbasi
di depan mereka seperti yang di ceritakan di Part 1. Hal ini membawa sedikit
kekecewaan sekaligus ketenangan bagi saya.Seusai kami mandi kami bersiap untuk
tidur, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 21:00 malam. Ketika kami sedang
bersiap-siap mengunci-ngunci rumah, tiba-tiba saja istri saya “menyosor” ingin
meminta jatah malam ini. Tanpa berpikir panjang lagi, sayapun menyambut ciuman
istri saya dengan kuluman hisapan dan kecupan lembut. Oh yah, saya belum sempat
bercerita, sekiranya dua bulan lalu, istri saya menjadi “malas” menggunakan
pakaian dalam ketika berada di rumah. Terlebih lagi, akhir-akhir ini keadaan
sangat panas di desa kami karena kami belum memiliki AC hanya kipas saja, istri
saya lebih senang untuk tidur telanjang. Dan sayapun merasa tidur telanjang
berdua lebih nyaman. Sepertinya inipun merupakan salah satu dampak samping dari
“aksi” istri saya di depan Doni dan Rizal, yaitu eksibisionis. Hanya saja
selama 2 bulan terakhir ini saya tidak pernah melihat kehadiran mereka, mungkin
istri saya jadi ingin “memamerkannya” kepada saya berhubung tidak ada lagi
orang yang dapat dipamerkan. Saat itu, istri saya mengenakan daster berwarna
orange saya merasa yola seksi sekali malam itu. Sambil lidah kami menyatu dan
berpautan, tanganku pun tidak bisa tinggal diam, mulai meraba-raba dada 34 C
istri saya tersebut dan memang sudah tidak mengenakan Bra lagi. Saya memilin
dan meremasnya dengan “sedikit kasar” nampaknya yola pun menyukainya sambil
berteriak manja, “awwww…. ihh…” Aku hanya menyeringai dan menciumnya kembali.
Akupun tidak sabar menantikan apa yang ingin kami lakukan selanjutnya dengan
istriku yang sangat amat bernafsu malam ini. Di satu sisi aku takut tidak mampu
memuaskannya lagi malam ini, di satu sisi aku ingin sekali cepat-cepat
“menyantap” tubuh istriku yang sexy ini. Akhirnya aku mengangkat istriku dan
membawanya ke kamar tidur, setelah mengunci pintu kamar, sayapun membuka
seluruh pakaian saya, dan ternyata istri sayapun sudah tidak mengenakan pakaian
sehelaipun. Tanpa menunggu lama lagi, saya langsung saja mencolokkan jari saya
ke dalam liang kewanitaannya. Ia pun mendesah kecil, “uhhh….” Saya dengan mata
penuh nafsu memandang istri saya yang sedang bernafsu tinggi seperti kuda liar
bergerak ke sana kemari, dengan mata terus terpejam memandangi arah atas
menikmati sodokan demi sodokan dari jari saya. Tak lama setelah itu, istri saya
tersadar dan ingin secepatnya menyuruh saya memasukkan senjatanya ke dalam
liang kewanitaannya. Lalu ia menarik kejantanan saya ke arah mulutnya, di
hisapnya kuat-kuat senjata saya. Saya sampai berkomentar, “duh mamah, jangan
keras-keras dong.” Yola menjawab sambil cekikikan, “hihi… abis lucu si pah…
gemezzzz” Lalu yola menghisapnya dengan lembut dan enak sekali, aku semakin
mulai tidak konsentrasi dengan kocokan jari-jariku di dalam kemaluannya.
Sekiranya 15 menit sudah berlalu, istri saya belum juga melepaskan senjata saya
dari mulutnya, padahal saya sudah sangat tidak tahan lagi jika terlalu
berlama-lama di mulutnya bisa “berbahaya”. Lalu saya harus berpikir cepat
sebelum saya “mencapai puncak”, maka saya mulai berpikir untuk mencopot cincin
kawin saya (agar tidak menyakiti), lalu memasukkan ke 5 jari saja ke dalam
kemaluan istri saya secara perlahan. Agar dianggap seperti “senjata raksasa”
yang sedang masuk ke dalam vaginanya. Ia pun mulai merasakan enaknya dari ke 5
jari tersebut, saya putar saya sodok keluar masuk ia mengelak-ngelak kepanasan
sangat horny sekali. Akan tetapi, saya ternyata lengah, melihat istri saya
sangat bernafsu seperti ini, sexy, seperti wanita gila sex, ia melahap senjata
saya lebih kuat lagi dan lebih cepat lagi, tiba-tiba saja bayangan saya adalah
Doni dan Rizal tadi siang yang sedang bercanda seperti “menelanjangi” istri
saya. Maka, tak tertahankan lagi… Lahar panas itu menyembur dengan keras dan
cepatnya ke dalam mulut istri saya. Sebagian menetes ke lehernya, aku tahan dengan
pakaian kotor kami, sebagian besar masuk ke dalam mulutnya dan yang saya
herankan selama ini istri saya tidak pernah mau dikeluarkan di dalam mulut.
Tetapi kali ini, ia malah menelannya!!! Sayapun terheran-heran akan kelakuan
istri saya ini. Ada apakah gerangan? Saya benar-benar tidak dapat memahami hati
wanita yang sedang horny seperti ini. Lalu, usai sudah pergumulan kami, sayapun
meminta maaf lagi kepada istri saya, “duh… maaf ya mah, mama blm keluar yah?”
Yola pun menjawab dengan sedikit kesal namun tersenyum, “iiyah pah, gak apa
apa, papa jorok ih masa di mulut mama…” Akupun bingung ingin menjawab apa,
ingin sekali aku menanyakan “kalau jorok kok ditelan?” Tetapi aku tidak ingin
menyakiti perasaan apapun terlebih lagi aku belum dapat “memuaskan” dia lagi
malam ini. Kami pun dengan keadaan masih terengah-engah, tanpa mengenakan
pakaian sehelaipun, kamipun tertidur.Sekiranya pukul 01:00 dini hari, saya
terkaget mendengar ketukan di jendela kamar kami sambil memanggil-manggil nama
saya, “Pak Naryo! Pak Naryo!”. Lalu saya pun dengan mata masih berat menggeser
istri saya untuk terlentang, dan membuka gorden jendela kami, saat itu kamar
kami dalam keadaan gelap, jadi dari luar sana tidak akan langsung dapat
kelihatan secara sempurna. Namun saya melihat mereka adalah Pak Mamat, Pak
Yono, Pak Risman, dan Pak Bayu.Keempat orang ini adalah:1. Pak Yono ini
merupakan pengangguran di desa ini. Hidupnya hanyalah menjadi benalu dari
orang-orang desa ini. Yang saya maksud benalu adalah ia sering kali berkunjung
untuk “bermain” dengan para tetangga. Berpura-pura silahturahmi padahal ia mau
numpang makan. Biasanya pada hari minggu ia selaku datang ke rumah kami untuk
bermain catur atau ngopi bersama Pak Risman. Pak Yono memiliki ciri-ciri gendut
karena tidak ada aktifitas dan menjadi benalu di sana sini dan wajahnya sangat
tidak menarik.2. Pak Mamat dan Pak Bayu adalah petugas keamanan di desa kami,
mungkin tidak terlihat seperti satpam di kota-kota besar. Akan tetapi, karena
mereka tidak memiliki kerjaan yang pantas maka mereka diberi tugas oleh RW kami
untuk menjaga keamanan di desa kami.3. Pak Risman merupakan tetangga terdekat
dari rumah kami. Ia adalah seorang duda dan pengangguran. Kebanyakan orang
minta bantuan dia untuk membesihkan halaman, merawat kuburan, perbaikan rumah,
dan sebagainya. Sayapun juga sering meminta bantuan dia. Ciri-ciri Pak Risman
adalah kurus dan cukup bau keringet.Lalu setelah membuka gorden jendela saya,
sayapun bertanya sambil mengucek-ngucek mata, eh bapak-bapak ada apa nih kok di
rumah saya? Pak Mamatpun berkata, “a…anu… pak, saya lihat tadi pagar rumahnya
dan pintu depannya belum terkunci jadi saya mau bangunin Pak Nar untuk dikunci
yang baik pak, banyak pencuri klo lagi lebaran gini pak.” Lalu saya kaget, dan
berkata, “wah masa sih blm di kunci?!” Sayapun teringat, ketika saya sedang
mengunci-ngunci tadi istri saya kan meminta jatah, ohh pantesan. Lalu saya pun
panik dan bergegas untuk ke depan, dengan hanya mengambil sarung untuk menutupi
tubuh bagian bawah saya, lalu menyelimuti istri saya seadanya karena dia tidur
sedang telanjang dan telentang begitu saja seperti bayi kecapaian. Saya lupa
untuk menutup gorden itu lagi, saya menyalakan lampu kamar saya dan langsung
membawa senter sebagai senjata takut-takut ada maling masuk. Lalu setelah saya
memeriksa semua keadaan isi rumah, dan ternyata aman. Sekiranya 5-10 menit saya
keliling rumah untuk menyalakan semua lampu-lampu rumah. Sambil berjalan ke
arah pintu utama di depan untuk berterima kasih kepada mereka. Setelah saya
membuka pintu depan, saya tidak melihat adanya kehadiran mereka di sana. Lalu
saya teringat apakah jangan-jangan mereka masih di depan jendela saya? Saya
lupa menutup gordennya? Perasaan panik, marah, cemburu, muncul di pikiran saya.
Namun, sambil berjalan ke arah kamar aku berpikir kembali. Oh, tadi kan saya
sudah menyelimuti istri saya. Jadi ga akan bisa dilihat lah kalaupun lupa
menutup gorden. Pikiran terasa tenang kembali. Lalu muncul lagi pikiran aneh,
tetapi mengapa keempat orang tadi tidak ada di pintu depan? Ke mana mereka?
Perasaan tegang muncul kembali dalam diriku. Secepatnya aku berlari ke arah
kamar. Membuka kamar, dan saya mendengar suara seperti sedang berlari di luar
sana. Apakah mereka berlari ketika saya membuka pintu? Sayapun tidak dapat
melihatnya dengan jelas karena, mata saya tertuju pada, gorden yang terbuka
lebar, lampu kamar menyala terang berwarna kuning, istri saya yola, sang wanita
yang periang dan dikagumi oleh banyak pria di desa ini terutama keempat
bapak-bapak tadi. Istri saya tidak mengenakan selimutnya lagi, jadi jika mereka
tadi berdiri di depan jendela, mereka tentunya dapat melihat tubuh istri saya
yang tertidur telentang tanpa sehelai benangpun pada tubuhnya. Bulu-bulu lebat
pekat karena cairan cinta akibat permainan kami sebelumnya pun dapat terlihat
dengan jelas. Yang lebih mengherankan adalah seingat saya tadi saya sudah
menyelimuti istri saya dengan rapih dan benar, mengapa sekarang selimutnya
bergeser ke arah kanan, seperti sengaja di buka oleh istri saya. Seribu
pertanyaan muncul di benak saya, bertanya-tanya apakah jangan-jangan istri saya
dari tadi sudah bangun? Dan berpura-pura tidur sehingga bisa “show off” kepada
keempat bapak-bapak ini? Ataukah hanya kebetulan mungkin istri saya tidak
sengaja bergerak sehingga selimut tersebut tersingkap secara tidak sengaja?
Jika menar tersingkap, mengapa selimut itu rapih bergeser seluruhnya ke kanan?
Seperti sengaja di buka. Ah mungkin hanya kecurigaanku saja, di saat itu pula,
di saat pikiranku sedang berkecamuk, senjata kebanggaanku tiba-tiba mengeras
dengan sendirinya. Namun saya harus kembali ke depan secepatnya karena mereka
mungkin sekarang sudah berada di pintu depan. Saya berusaha menenangkan diri
terlebih dahulu dengan menyelimuti kembali istri saya. Dan, menunggu “senjata”
saya mengecil untuk bisa keluar bertemu dengan mereka.Sesampai nya di depan,
saya melihat mereka sedang berdiri di depan pintu. Maka saya memutuskan untuk
mengajak mereka beristirahat sejenak untuk minum kopi agar ronda malamnya lebih
lancar. Ketika duduk mereka tersenyum senyum kepadaku dan Pak Yono memang dia
agak ceplas ceplos dan kurang ajar berkata, “eh sory nih mas ganggu yah
malam-malam lagi abis ngapain tuh cuma pake sarung ajah, hehe…” Saya walaupun
jengkel atas kekurangajarannya saya tetapbersikap baik dan berkata, “oh ga pak
saya lagi kepanasan aja.” Lalu, sayapun berterima kasih atas perlakuannya
memberitahukan pintu kami tidak terkunci. Sekiranya setengah jam kami bercanda
tertawa bersama sambil bercerita tentang maling yang rawan dikala lebaran.
Kamipun tertawa keras atas candaan Pak Bayu tentang bagaimana mereka pernah
menangkap maling sebelumnya.Waktu menunjukkan pukul 01:45 dini hari, saya mulai
merasakan gerah dan sepertinya ingin ke kamar kecil karena saya belum buang air
kecil semenjak pergumulan dengan istriku semalam. Setelah tertawa bersama tadi,
sayapun mohon diri untuk ke kamar kecil. Namun, saya berjalan melalui dapur ke
arah halaman belakang. Dalam perjalanan saya menuju kamar mandi, saya melihat
jendela kamar saya yang tadi masih menyala terang dengan gorden yang tidak
ditutup. Seperti yang sudah saya ceritakan pada Part 1 bahwa jendela kamar
tidur saya bersebrangan dengan kamar mandi kami dan posisi kamar mandi memang
berada di halaman belakang tidak menjadi 1 dalam 1 rumah karena persyaratan air
bersih 10 meter dari jamban masih berlaku di desa ini. Ketika aku sedang
membuang air kecil, karena pintu kamar mandi kami yang kuno, saya dapat melihat
kamarku sambil pipis. Aku melihat istriku sepertinya terbangun dan masih dalam
keadaan telanjang dan sepertinya haus ia mengambil gelas kosong di dekatnya dan
bergegas ingin keluar untuk mengambil minum sepertinya. Aku panik sendiri
apakah istriku tidak tahu bahwa sedang ada tamu? Bukankah ia bangun karena kami
tertawa keras? Ataukah ia sengaja ingin keluar telanjang di depan mereka? Aku
ingin bergegas memberitahukan istriku bahwa sedang ada tamu melalui jendela
tetapi aku belum selesai membuang air kecil di sini. Dan terlambat sudah, tak
dapat aku cegah lagi, istriku hanya dengan sebuah gelas di tangannya dengan
tubuh sedikit berkeringat serta bulu kemaluan lengket atas cairan cinta tadi.
Istriku membuka pintu kamar kami dan terdengar suara gaduh dari mereka
berempat, “WOOWWW…!!!” seru mereka.Pikiranku kacau berkecamuk tidak karuan
antara tertawa,tegang,marah,panik, horny, aku tidak tahu lagi. Yang aku tahu,
darahku berdesir lebih sangat cepat dan jantungku berdebar sangat keras, belum
pernah aku merasakan hal seperti ini, kejadian Doni dan Rizal pun tidak pernah
se-extreme ini sensasi yang aku rasakan. Aku sendiri bukannya langsung berlari
ke arah ruang tengah malah memilih untuk berlari ke arah jendela kamarku dan
bersembunyi dan menyaksikan lebih dekat apa yang akan dilakukan istriku tentang
ini. Senjataku sudah langsung bereaksi akibat hal ini. Istriku dengan masih
mengucek-ngucek mata sedikit kaget dan berkata, “lho… eh… aduhh… bapak-bapak
kenapa di sini malam-malam begini? Mas Naryo ke mana?!” Sambil sedikit berusaha
menutupi dadanya, tetapi karena memegang gelas maka bulu-bulu kemaluannya
terlihat bebas. Keadaan seperti sunyi sejenak, semua terpana akan bidadari
malam mereka yang mereka lihat. Mereka juga merupakan beberapa pria di daerah
ini yang sangat mengagumi istriku mungkin bukan karena kecantikan semata tetapi
ini adalah yola wanita yang terpopuler di desa ini, wanita terhormat, wanita
yang dikagumi oleh seluruh warga. Dan, sekarang bidadari mereka sedang berdiri
pasrah tanpa sehelai benangpun di hadapan mata-mata pria kesepian ini.
Pikiranku sangat kacau akankah mereka memperkosa istriku? Akankah istriku
menikmatinya? Mengingat ia semalam belum terpuaskan olehku. Aku bingung sekali.
Namun, lamunanku itu buyar menjadi amarah setelah dikagetkan oleh
kekurangajaran Pak Yono yang menjawab pertanyaan istriku dengan, “oh Mas Nar
tadi keluar sebentar, kami di suruh jaga rumah ini, takut ada maling”. Sambil
melirik dan tersenyum ke arah teman-temannya Pak Yono menyambung lagi, “dik
Yola ga usah malu tadi kita semua udah melihat liat dik Yola tidur telanjang
kok soalnya tadi kita keliling rumah untuk jaga-jaga maling selama mas Nar
pergi.” Istriku menjawab, “eh iya maaf ya bapak-bapak habis di rumah gerah sih”
sambil dengan perlahan menurunkan tangannya tidak lagi menutupi tubuhnya. Kini
mereka benar-benar tertegun dan menelan ludah melihat tindakan istriku. Pak
Mamat bertanya, “anu… dik Yola butuh apa kok malam-malam bangun?” Istriku sudah
mulai relax dengan keadaan ini berkata dengan agak serak, “itu pak haus mau
ambil minum…” Pak Bayu dengan cepat berdiri dan berkata, “sini saya ambilkan,
dik Yola duduk saja di sini. Istriku menjawab, “ehh… tidak usah pak aku ambil
sendiri aja sekaligus bapak-bapak mau kopi? saya buatkan” Mereka cuma tertawa
dan tersenyum saling melihat dan memperhatikan istriku tercinta dengan
santainya berjalan ke arah dapur dan membuatkan Kopi untuk mereka. Pak Yono
tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, si gendut jelek ini mengikuti istri
saya ke dapur untuk membantu istri saya. Saya tidak dapat melihat dapur dari
sini. Maka saya harus berputar sedikit ke arah pintu belakang dapur dan mengintip
istri saya bersama pria gendut ini “bertelanjang” ria membuat kopi. Namun, Pak
Yono mulai menggodanya, “dik Yola ga kedinginan malam-malam ga pakai baju tidur
sendirian lagi?” Istriku dengan nada sebal menjawab, “eh ga kok, panas
akhir-akhir ini. Emang mas Nar ke mana sih mas?” tanya istriku. Pak Yono dengan
sambil terus memandangi tubuh istriku berkata, “oh kurang tau ya tadi si kita
cuma dimintain tolong jaga kamu aja sih hehe…” Istriku hanya diam saja sambil
melanjutkan acara buat kopinya. Pak Bayu ternyataa menyusul ke belakang, sambil
berkata, “hayoo… ngapain berduaan di belakang lama bener lagi.” Istriku
menyeletuk sebal, “ya ga ngapa-ngapain Pak orang lagi buat kopi.” Pak Yono
bercanda lagi, “buat kopi dengan susu murni dong!” Sambil tertawa kurang ajar.
Tetapi nampaknya istriku pun tertawa mendengar lelucon itu. Istriku sambil
cekikikan berkata, “Pak kopinya tolong di bawaiin ke depan awas panas.” Pak
Yono menyeletuk lagi, “dari tadi kita-kita juga udah panas dik, apa salahnya
kalau bawa yang panas-panas lagi hehe…” Istriku cuma diam saja dan tersenyum ke
arahnya sambil membawa secangkir kopi dan segelas air ke ruang depan. Ketika
menaruh kopi itu di meja depan istriku menunduk dan disaksikan oleh mereka
tertegun memandangi dada istriku yang ternyata pentilnya keras sekali. Terlihat
sekali bahwa dada istriku seperti mengacung kedepan. Apakah ia horny atas
perlakuan kurang ajar ini? Apakah ia benar-benar sudah kehilangan akal?
Bertelanjang seperti ini. Pak Yono lagi-lagi menggoda, “dik Yola, kata mas Nar
tadi malam abis itu yah.” Istriku mengkerutkan dahinya dan berkata, “masa mas
Nar bilang-bilang sih?!” dengan keheranan. Pak Yono menyeletuk lagi, “hehe… ga
bilang kok cuma nebak-nebak aja kayaknya bener tuh hehe ketauan yahhh.” Semua
tertawa. Istrikupun tertawa malu, sambil memukul pundak Pak Yono, “idih apaan
sih! uda ah aku mau tidur lagi, tar mas Nar keburu pulang.” Loh kok? Saya tidak
mengerti apa maksud dari kata-kata istriku itu? Jika memang ia sudah tidak
sungkan telanjang di depan mereka, kenapa harus takut akan kehadiran saya? Pak
Yono menyeletuk, “oh jadi kalau ga ada mas Nar mau yah telanjang ama
kita-kita?” Istriku, yolaku, bidadariku, berjalan meninggalkan mereka ke arah
kamar lalu membalikkan kepalanya sambil menyibakkan rambutnya melempar senyum
kepada mereka semua. Terdengar suara gaduh dari mereka, “Wiihhhh… Suit suittt…
hoho…” Lalu istrikupun masuk ke kamar dan menutupnya. Sedangkan aku, terdiam
seperti patung, marah, cemburu, sedih, kesal, melihat senyum istriku cantik
sekali indah sekali senyumnya saat itu. Seperti senyum ingin “dilahap” oleh
para serigala ini. Tetapi, memang nafsu dan senjataku tidak pernah berbohong,
sekarang senjataku sudah keras seperti balok kayu. Aku melihat istriku di kamar
menghela nafas panjang sambil duduk di sisi ranjang. Tatapannya kosong, entah
apa yang sedang ia inginkan dan pikirkan? Apakah ia menanti mereka masuk ke
dalam kamar? Apakah ia menanti seseorang di antara mereka berani masuk kamar
untuk mencumbu istirku? Apakah aku akan diam saja melihat mereka mencumbu
istriku? Ataukah aku masuk sekarang dan membatalkan niat istriku? Atau aku
menunggu lebih lama lagi melihat apa yang terjadi? Pikiran ku sudah benar-benar
gila. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke dalam, dan melihat kopi di meja
mereka sambil bertanya, “wah uda pada buat kopi sendiri ya?” Pak Mamat dengan
terbata-bata menjawab, “eh anu pak ia maaf kalau ga sopan abis ngantuk pak.”
Pak Yono tersenyum-senyum bersama mereka sambil berpura-pura bertanya, “dik
Yola mana mas? kita mau pamitan pulang nih.” Aku berpura-pura menjawab,
“kayaknya masih tidur deh, coba saya lihat dulu.” Mereka terus-terusan
tersenyum girang atas kepolosanku, aku melihat yola di kamar sedang duduk,
sambil berkata, “mah, ini ada rombongan ronda tadi jaga rumah gara-gara lupa
kunci pintu. Mau pada pamitan.” Istriku menjawab “oh ia pah sebentar” Akupun
kembali keluar, lalu tak lama istriku membuka sedikit pintu kamar kami sambil
menyembunyikan tubuh telanjangnya di balik pintu, dan berkata kepada mereka,
“eh ia bapak-bapak terima kasih.” Ketika aku bersalaman dengan mereka ternyata
Pak Yono dan Bayu menghampiri istriku minta untuk bersalaman, akhirnya dengan
terpaksa istriku membuka sedikit lebih lebar untuk dapat mengeluarkan sebagian
bahunya keluar kamar untuk bersalaman, di saat itu juga aku melihat bahwa dada
kanan istriku mencuat keluar kamar dan terlihat oleh kami semua, tetapi aku
berpura-pura tidak melihat. Sambil membiarkan dada kanannya terlihat istriku
melambaikan tangan kepada mereka untuk berpamitan, dada tersebut berguncang ke
kanan dan ke kiri. Pak Yono berjalan sambil terus memandangi dada istriku dan
berkata kepadaku, “terima kasih kopi susunya ya Pak Nar.” Secara serempak, Pak
Mamat,Pak Risman, Pak Bayu, dan Pak Yono tertawa terbahak-bahak.Aku memaklumi mengapa
mereka tertawa seperti itu. Aku kembali ke dalam kamar, kali ini tidak lupa
mengunci semua pintu. Melihat istriku berbaring dan tatapannya masih kosong
entah apa yang ia pikirkan, yang aku tahu dadanya sangat keras mengacung tajam
sekali. Belum pernah aku melihat istriku seperti ini. Sepertinya ia sangat-amat
horny. Ia pun berkata, “pah, terusin yang semalam yuk.” Tanpa berlama-lama lagi
aku menancapkan senjataku, dan ternyata mudah sekali masukknya karena ia sudah
teramat sangat basahhh. Istriku berteriak meracau tidak karuan,”ohhh ssshhhh….
enakkkk pahh… terusin pahhh terusss” Aku pun menghujamkan senjataku secara
cepat dan kasar. Meremas dada istriku dengan kasar memilinnya dan menarik
pentilnya. Istriku berteriak keras, “awww….. ssshhh terussss…..” Aku menghisap
dada istriku, dada kanan yang telah dipamerkan kepada mereka tadi. “Dada yang
nakal” menurutku dalam hati. Kuhisap kau dada nakal, ku kenyot sekeras mungkin.
Kugigit perlahan namun kuat. Istriku meracau lagi, “pahhh uhhhh…. isshhhh….ehhhh….”
Dan tidak sampai 5 menit permainan ini, istriku berkata “pahh akkkuuu…
keluarrrrrrr….. ngeeehhhh…. ssshh ngehhh….” Seperti pada Part 1 kalau istriku
mencapai puncaknya ia bersuara seperti kambing aneh. Dan akupun tak dapat
terbendung lagi, tersemburlah semua lahar panasku ke dalam liang indah istriku.
Akupun menjerit tertahan, “ughh….” Keluarlah semua di dalam rahimnya. Istriku
berkata, “papah hebat malam ini.” Dalam hatiku berkata, bukan aku yang hebat,
tetapi kamu yang sudah kepalang tanggung kan? Kamu mengharapkan mereka yang
memuaskanmu kan malam ini?Antara marah, benci, ingin aku menampar istriku atas
kelakuannya seperti wanita murahan tadi, terlebih lagi perlakuan Pak Yono yang
memperlakukan istriku seperti istri yang ingin ia bias “pakai” sesuka hati.
Membuat aku bingung dan dilema antara ingin dan berharap istriku diperlakukan
seperti itu lagi, bahkan sesekali aku berpikiran untuk membiarkan istriku
di-“pakai” oleh Pak Yono, si gendut jelek. Jika saja tadi mereka ingin
me-“makai” istriku mungkin yang aku lakukan hanya berdiam diri bersembunyi dan
mengintip membiarkan mereka mengayuh lautan birahi bersama istriku, mendengar
racauan desahan istriku bersama mereka dari balik jendela. Aku tidak dapat
berpikir jernih lagi semenjak saat itu, aku terus-terusan di bayang-bayangi
oleh lemparan senyum istriku kepada mereka berempat senyum seperti minta
di-“pakai” oleh mereka. Senyum seperti ingin mendapatkan sesuatu yang lebih
memuaskan dari mereka. Terlebih lagi istriku duduk di kamar dengan menghela
nafas panjang, dengan tatapan kosong, seperti berharap menanti menginginkan
sesuatu datang dan membuka pintu kamarnya, mencumbunya, memanjakannya,
melepaskan semua “Hasrat Terpendam” nya selama ini yang tidak dapat ku
selesaikan. Oh tidak!!! Aku sendiri terus menerus berpikiran bahwa pada saat
itu tadi jika aku tetap bersembunyi apakah mereka mau menyetubuhi istriku
beramai-ramai? Memuaskan birahi istriku yang sudah 2 bulan terakhir ini tidak
terpuaskan oleh kejantananku. Apakah aku sudah gila?Keadaan ini menjadi semakin
parah karena pikiran ku terus-terusan dihantui oleh “Hasrat Terpendam” ini yang
akan aku ceritakan lagi di Part 3.Lanjutkan ke Part 3SalamNaryo dan Raka
≈ Leave a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar