Minggu, 14 Oktober 2012

Hati yang Kosong

 TAK ada yang pernah tahu apa isi hati kita. Mereka pikir aku sempurna, mereka pikir aku bahagia. Padahal, hampa yang kurasa tak pernah berhenti menghantui lubuk hati ini.

Banyak orang pikir, anak bungsu selalu manja dan beruntung. Tapi tidak untukku. Ketika aku tahu bahwa jalan hidup yang aku jalani tak pernah kurasakan sepenuh hati.

Aku tak pernah menyesal terlahir dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, susah sekolah, dan tak punya apapun. Yang aku inginkan adalah hidup seperti yang aku mau. Tidak berpindah-pindah, punya banyak teman, ada orang yang menyayangi dan mendapatkan pengakuan dari keluarga bahwa aku anak yang mampu dan tak pernah kecewakan mereka.

Sejak kecil aku harus ikut orang tua berpindah-pindah tempat tinggal. Rasanya begitu berat meninggalkan teman kecil dan terasing di sekolah baru. Dan kini semua temanku seolah enggan mengenalku lagi. Tak ada lagi sahabat dalam hidupku.

Kini, aku berhasil lepas dari "keributan" di rumah (di mana aku selalu menjadi orang yang salah), jauh dari hal-hal yang membuatku muak. Dan kupikir aku bahagia.

Tapi, yang kurasa masih sama. HAMPA. Entah apa yang bisa membuatku merasakan kepuasan hati.

Satu-satunya hal yang membuatku bertahan hanyalah pikiran bahwa aku memang terlahir dengan sempurna dan bahagia. Dan aku yakin, esok akan kutemukan bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar